PRESIDEN Joko Widodo telah memutuskan ibukota negara pindah ke Kalimantan Timur. Ternyata, pemindahan ibukota sudah direncanakan sejak zaman kolonial. Dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Daendels ingin memindahkan ibukota dari Batavia ke Surabaya.
Seperti yang disadur dari historia.id, Achmad Sunjayadi, sejarawan Universitas Indonesia, mengatakan ada dua faktor yang membuat Daendels ingin memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Surabaya. Pertama, alasan kesehatan karena di Batavia banyak sumber penyakit. Kedua, alasan pertahanan, di Surabaya terdapat benteng dan pelabuhan.
“Batavia sempat dijuluki sebagai Koningin van den Oost (Ratu dari Timur), namun kemudian terkenal sebagai kuburan orang Belanda karena banyaknya penyakit malaria dan kolera,” kata Sunjayadi.
Kematian Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon Coen karena penyakit kolera membuktikan betapa buruknya kawasan Batavia.
Menurut Bernard HM Vlekke Daendels tahu bahwa Batavia tidak akan pernah bisa dipakai sebagai pusat utama pertahanan pulau Jawa. Istana tuanya dengan tembok-tembok yang rapuh dapat dihancurkan dari laut.
Iklimnya bisa membunuh serdadu garnisun bahkan sebelum musuh menyentuh pantai. “Instruksi kepada Daendels memberinya hak untuk memindahkan ibukota ke daerah yang lebih sehat,” tulis Vlekke dalam Nusantara: Sejarah Indonesia.
Pendahulunya, lanjut Vlekke, Gubernur Jenderal Van Overstraten telah mengembangkan rencana untuk memindahkan kedudukan pemerintah ke pedalaman Jawa Tengah, tempat kekuatan gabungan Belanda dan raja-raja Jawa dapat melawan kekuatan yang lebih besar untuk waktu yang lama.
KETIKA PINDAH PULAU JADI SOLUSI
“Daendels sendiri berpikir-pikir akan memindahkan ibukota ke Surabaya, yang dia reorganisasi sebagai basis yang lebih baik untuk operasi militer daripada Batavia,” tulis Vlekke.
Purnawan Basundoro, sejarawan Universitas Airlangga Surabaya, mengatakan sebenarnya Surabaya juga kota di tepi pantai, tapi di beberapa tempat lebih tinggi kawasannya dari Batavia dan mungkin diangggap lebih sehat.
Selain itu, alasan Daendels memindahkan ibukota ke Surabaya karena mendapat ancaman dari Inggris. Untuk itu, dia menjadikan Surabaya sebagai pusat pertahanan dengan membangun pabrik senjata (artillerie constructie winkel), Rumah Sakit Militer, dan Benteng Lodewijk.
Benteng Lodewijk merupakan benteng pertahanan militer yang berada di Pulau Mengare di sebelah utara Gresik. Nama benteng ini diambil dari Raja Belanda Lodewijk (Louis) Napoleon, saudara Kaisar Napoleon Bonaparte.
Sedangkan artillerie constructie winkel merupakan pabrik senjata pertama di Indonesia. “Sebelumnya memang sudah ada pabrik senjata, namun kemudian dikembangkan oleh Daendels antara 1809-1810. Sejak dikembangkan itulah pabrik menjadi semakin besar,” jelas Purnawan.
Menurut Purnawan, Rumah Sakit Militer yang dibangun Daendels merupakan rumah sakit terbesar dan dikenal juga sebagai Rumah Sakit Simpang. Letaknya agak jauh ke timur dari rumah dinas gubernur Jawa Timur. Sayangnya, Rumah Sakit Militer itu dirobohkan pada 1970-an dan berganti menjadi Mall Delta Plaza.
Selain membangun infrastruktur militer, Daendels juga memperluas rumah dinas Gubernur Pantai Timur Laut Jawa. Menurutnya rumah dinas tersebut terlalu kecil untuk ditempati seorang penguasa.