Akhir Oktober Mulai Musim Hujan

Kamis 17-10-2013,17:52 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAJALENGKA -  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Jatiwangi memprediksi jika musim penghujan di wilayah III Cirebon sudah mulai masuk pada akhir bulan Oktober hingga awal September 2013. Kepala BMKG Mas Pudjiono menjelaskan, beberapa wilayah di Indonesia memang sudah memasuki musim hujan. Namun, untuk wilayah Majalengka curah hujan kumulatif belum mencapai angka 100 mm. Menurutnya, berdasarkan pertimbangan BMKG, masuknya musim hujan tergantung dari jumlah curah hujan kumulatif yang turun. Hujan turun dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan pada November hingga Maret mendatang. \"Dapat dikatakan, musim hujan jika curah hujan kumulatifnya mencapai 150 mm per bulan. Namun, untuk saat ini Majalengka belum mencapai angka tersebut, sehingga diprediksi akan masuk musim hujan bulan Oktober minggu terakhir dan awal November mendatang,\" ujarnya. Untuk beberapa hari kemarin, sebagian wilayah Majalengka dan sekitarnya sempat diguyur hujan bahkan disertai angin. Meski demikian, hal tersebut belum bisa disimpulkan bahwa musim hujan telah datang. Ia mengatakan, musim hujan terjadi bila hujan terjadi di seluruh wilayah. \"Kalau kemarin hanya di beberapa daerah dan wilayah saja, sehingga itu termasuk hujan lokal karena hanya terjadi di wilayah itu,\" ujarnya. Ketika ditanya apakah ada indikasi penyebab terjadinya bencana alam seperti banjir, pihaknya tidak memastikan kapan datangnya bencana. Namun pihaknya mengimbau kepada masyarakat tentang mengantisipasi musim penghujan salah satunya dalam penanggulangan bencana banjir. Ada beberapa penyebab banjir di antaranya, curah hujan yang tinggi di atas rata-rata, dan saluran anak sungai dan sungai tidak mampu menampung akumulasi air hujan, sedimentasi dan penyempitan sungai serta sampah, serta penggundulan hutan dan berkurangnya daerah resapan air akibat alih fungsi lahan. “Sedangkan untuk gejala banjir sendiri meliputi curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama untuk daerah rawan banjir dan tingginya pasang laut yang disertai badai untuk daerah pesisir pantai,” paparnya. Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka Ir H Bayu Jaya MSi MBA menuturkan, ada beberapa tahapan yang memicu terjadinya bencana alam. Yakni bahaya yang timbul seperti kondisi secara alami atau karena manusia yg berpotensi menimbulkan kerusakan dan kerugian serta kehilangan jiwa. Suatu kondisi tertentu yang mewujudkan ketidakmampuan menghadapi bencana seperti kebijakan, fisik, sosial ekonomi, dan lingkungan. “Untuk penanganan bencana alam meliputi koordinasi, komando serta pelaksana. Ketiga penanganan tersebut terdapat fungsi yaitu, untuk fungsi koordinasi dilaksanakan melalui koordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD), instansi vertikal, lembaga usaha, dan atau pihak lain yang diperlukan pada tahap prabencana dan pascabencana,” pesannya. Sedangkan, lanjut Bayu, untuk fungsi komando yaitu dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia (SDM), peralatan logistik dari OPD, instansi vertikal serta langkah–langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. Serta fungsi pelaksana yakni dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan OPD, instansi vertikal dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan peraturan perundang-undangan. (ono)  

Tags :
Kategori :

Terkait