KUNINGAN – Wacana pemekaran daerah terus menggelinding. Pro-kontra terhadap wacana tersebut mulai bermunculan seiring dengan dijadikannya isu itu sebagai topik hangat. Salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Cilebak, Abung Kusman misalnya, memandang bahwa wacana itu patut dikaji lebih dalam. Sebagai bagian dari masyarakat yang berada di ujung Kuningan, Abung mengakui, jika jarak dari Cilebak ke Kuningan Kota sangat jauh. Supaya masyarakat Cilebak bisa ke kota, harus menempuh perjalanan hingga 65 kilometer. “Kalau naik mobil angkutan harus mengeluarkan kocek untuk ongkos sebesar Rp60 ribu. Kalau naik ojek butuh biaya Rp120 ribu. Bisa dibayangkan betapa jauhnya,” kata pria yang kini terdaftar sebagai caleg Partai Gerindra dari dapil 5 tersebut, kemarin (28/10). Dengan jarak yang jauh seperti itu, Abung menilai, tidak efisien. Penjualan hasil bumi pun bisa rugi di jalan. Tak heran jika selama ini masyarakat cenderung memilih untuk menjual hasil bumi ke Rancah Ciamis. “Karena kalau dijual ke Kota Kuningan sendiri tidak ekonomis dan tidak efisien,” ujarnya. Jauhnya jarak, imbuh dia, berdampak pula terhadap pelayanan yang diterima masyarakat. Kondisi demikian, sudah barang tentu berdampak pula terhadap berbagai hal lainnya. Ketika ditanya jarak dari Cilebak ke Luragung, menurut dia, lebih dekat yakni antara 50 hingga 55 kilometer. Namun baik ke Kuningan kota maupun ke Luragung, sambungnya, sama-sama perlu menempuh jarak yang cukup jauh. “Sehingga kalau ditanya Cilebak harus seperti apa, kita akan pilih yang lebih efektif dan efisien saja,” ucapnya. Yang jelas, untuk membentuk kabupaten baru itu mesti mempunyai dasar dan konsep yang jelas. Orientasinya pun harus jelas serta realistis. Bukan atas dasar nafsu kepentingan orang-orang tertentu semata. “Karena sejauh ini baru sekadar wacana yang sengaja dilempar,” tandasnya. Dalam menyikapi hal itu, perlu ada pertemuan antartokoh dari setiap wilayah Kuningan timur. Apakah semuanya sepakat untuk merealisasikannya atau hanya sekadar wacana belaka. Jangan sampai menjadi kabupaten baru yang terlahir untuk mati. “Iya dong, jangan sampai menjadi kabupaten baru yang terlahir untuk mati. Sebaliknya harus menjadi kabupaten yang terlahir untuk tetap hidup dan maju,” tukasnya. (ded)
Konsep Pemekaran Harus Jelas
Selasa 29-10-2013,15:21 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :