Padahal belum ada turis dari Tiongkok. Belum ada juga yang dari Hong Kong. Atau Taiwan. Belum ada juga yang dari Jepang. Mereka, hari itu, belum boleh ke luar negeri.
Sesekali kita jadi penjajah. Kalau pun tidak dari Indonesia penjajah lainnya adalah dari Vietnam. Pertanda ekonomi Vietnam juga masih bagus. Atau Thailand. Betapa padatnya Singapura kalau empat negara tadi sudah boleh mengirim turis.
Berangkat ke Singapura saya naik kelas ekonomi. Pakai Singapore Airlines yang paket murah. Penuhnya bukan main. Padahal pesawatnya sudah yang berbadan lebar: A350.
Bandara Juanda sampai kewalahan: kekurangan tenaga. Dari tiga mesin scanner untuk memeriksa barang milik penumpang, hanya satu yang dijalankan.
Yang lain tidak rusak. Hanya saja tidak ada yang mengoperasikan. Mereka telanjur mendapat pesangon. Akibat sepi berkepanjangan di kala bencana pandemi.
Di Singapura tentu saya juga menemui dr Ben Chua. Sudah tiga tahun tidak bertemu. Saya tidak ingin check-up. Saya tidak merasakan kekurangan apa pun.
Ring yang ia pasang di tubuh saya baik-baik saja –rasanya. Yakni ring sebanyak 670 buah itu. Yang pasang di sepanjang aorta saya: lebih setengah meter. Empat tahun lalu.
Sebelum Covid, dr Ben Chua memberi informasi: akan membangun klinik vascular sendiri. Yang lebih terjangkau. Sebagai \'\'protes\'\' atas mahalnya biaya pengobatan di Singapura. Saya memuji niatnya itu.
Ketika klinik itu jadi, saya tidak bisa ke Singapura.
Pandemi.
Kalau pun saya sering meneleponnya, itu lantaran saya kena Covid-19. Awal tahun lalu. Di ledakan gelombang pertama: varian alpha. Saya sendiri bisa sembuh cepat. Tanpa menghentikan obat penurun imunitas –yang harus saya minum seumur hidup. Sejak 16 tahun lalu. Sejak ganti hati dulu.
Covid saya bisa berlalu. Tapi ada akibat ikutan: D-Dimer saya tinggi sekali. Sampai 5000. Padahal batas atasnya hanya 500.
Setelah dicoba berbagai obat, akhirnya bisa turun. Hanya sampai 2.500-an. Tidak ada lagi jalan lain. Tidak juga ada keluhan apa pun. Trus bagaimana lagi cara menurunkannya?
\"Gampang. Tidak usah lagi periksa ke lab, hahaha,\" ujar Mr Ben Chua.
Sejak itu saya tidak tahu lagi berapa level D-Dimer saya.
Saya juga tidak membicarakannya ketika bertemu dr Ben Chua Kamis lalu. Saya justru mengagumi penurunan berat badannya. Kok bisa menjadi begitu jauh lebih langsing.