RSUD Gunung Jati Terbakar

Senin 18-11-2013,13:30 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON– Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati (RSUDGJ) Cirebon terbakar pada Minggu (17/11). Kejadian terjadi pada siang hari sekitar pukul 14.00, kobaran api diduga berasal dari korsleting listrik arus pendek. Pemadam kebakaran dan korban ditangani secara tersistem. Direktur RSUDGJ, drg Heru Purwanto MARS mengatakan kebakaran tersebut sudah dapat diantisipasi oleh karyawan. Meskipun ada korban jiwa, namun, tahapan pengamanan sudah sesuai prosedur. “Simulasi ini menjadi gambaran nyata penanganan saat terjadi kebakaran di dalam RS Gunung Jati,” ujarnya kepada Radar seusai pelatihan simulasi penanganan bencana di RSUDGJ, Minggu (17/11). Dikatakan Heru, letak geografis wilayah III Cirebon berpotensi menimbulkan ancaman bencana. Mengingat, gunung Ciremai masih aktif, laut yang tidak diprediksi, kecelakaan kereta api dan jalur pantura dengan mobil-mobilnya. Karena itu, Kementreian Kesehatan RI menetapkan RSUDGJ sebagai pusat rujukan bencana dan kecelakaan untuk wilayah III Cirebon. Pelatihan bertaraf nasional itu diikuti 100 karyawan RSUDGJ. Tujuan pelatihan tersebut untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan seluruh karyawan dalam penanganan bencana. “Kita langsung simulasi praktek langkah penanganan bencana dengan baik dan benar,” tukasnya. Berbicara bencana, dapat terjadi dari dalam dan luar RSUDGJ. Kejadian korslet listrik, salah satu contoh bencana dari dalam. Sementara, gunung meletus merupakan bencana dari luar. Personil tim tanggap bencana, tidak hanya terdiri dari paramedis saja. Bagian keuangan sekalipun, dilibatkan dalam hal ini. Akhirnya, RSUD GJ berharap agar peningkatan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik. Khususnya, kaitan penanganan bencana dan kecelakaan. “Di sini, alat-alatnya sudah lengkap,” terang Heru. Secara bertahap, seluruh karyawan RSUD GJ akan diberikan pelatihan yang sama. Pemandu pelatihan tanggap bencana, Dr dr Tri Wahyu SpBTKV MHKes menjelaskan, penanganan bencana harus dilakukan secara terpola dan kerjasama. Sebab, rangkaian yang dilakukan saling terkait antara satu dengan lainnya. karena itu, seluruh elemen harus terlibat aktif dengan fungsi dan peran masing-masing. “Kita ajarkan agar RS Gunung Jati lebih siap dalam menghadapi bencana,” ujarnya. Satu ketentuan penting, RS harus memiliki rencana dalam menghadapi bencana. Jika bencana itu terjadi diluar RS, maka, langkah penanganan dapat dilakukan dengan dua pola. Yakni, mengirim tim jemput bola ke lapangan atau menerima korban dalam jumlah banyak. Kedua pola tersebut, lanjut Tri, harus terprogram dengan baik tahapan-tahapannya. Selain itu, dalam menangani bencana, ucapnya, penting melakukan persiapan, fasilitas tempat, mobilitas SDM yang ada, dan ruangan kosong. “Di sini peran kerjasama sangat penting,” tukasnya. Penanganan bencana bukan hanya tanggungjawab perawat dan dokter, melainkan tanggung jawab semua pihak. (ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait