Radarcirebon.com, ANKARA - Rusia diharapkan segera melakukan ekspor biji-bijian guna memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Harapan agar Rusia segera melakukan ekspor bijia-bijian disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Makanya, Recep Tayyip Erdogan mendukung ekspor biji-bijian dari Rusia.
BACA JUGA:Perayaan Pembukaan Buat Menyala Masjid Kubah 99 Karya Ridwan Kamil
Menyusul pengiriman biji-bijian dari Ukraina yang sedang berlangsung di bawah kesepakatan penting yang dicapai di tengah perang antara kedua negara tersebut.
"Kami ingin pengiriman biji-bijian dari Rusia juga dimulai, kami mengharapkan ini," kata Erdogan pada konferensi pers, Kamis 8 September 2022.
Erdogan juga membenarkan pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengeluhkan bahwa biji-bijian dari Ukraina justru dikirim ke negara-negara kaya.
BACA JUGA:Dianggap Tidak Profesional dalam Bertugas, AKP Dyah Chandrawati Disanksi Turun Jabatan
Padahal, dalam kesepakatan awal, ekspor biji-bijian dari Ukraina ditujukan kepada negara-negara miskin seperti tujuan awal kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Sementara sanksi terhadap Rusia terus berlanjut, di sisi lain, pengiriman biji-bijian ke negara-negara yang memberlakukan sanksi ini mengganggu Putin," kata Erdogan.
Erdogan mengatakan dia akan membahas masalah ini dengan Putin di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai di Uzbekistan pada September.
BACA JUGA:Dapat Perlakuan Tak Menyenangkan, Penumpang Elf Cirebon-Kuningan Beberkan Ini
Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul pada 22 Juli 2022 untuk melanjutkan ekspor gandum dari tiga pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, yang dihentikan sementara setelah perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari lalu.
Pada Rabu 7 September 2022, Presiden Rusia Putin melontarkan gagasan untuk membatasi kesepakatan karena pengiriman biji-bijian justru ditujukan ke Uni Eropa dan Turki, bukannya negara-negara miskin.
Kelompok koordinasi yang berbasis di Istanbul, yang mencakup empat penandatangan, mengatakan sekitar 30 persen kargo telah dikirim ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.