Radarcirebon.com, CIREBON - MEMILIKI anak yang sehat dan sesuai dengan tumbuh kembangnya tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Tak ada orang tua yang ingin anaknya lahir dengan suatu kekurangan pada fisiknya.
Apalagi jika terjadi gangguan fungsi alat indera vital, seperti pendengaran. Inilah pentingnya melakukan tes EOA pada anak, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap fungsi indera pendengarannya. Apakah EOA dan apa fungsi tesnya ?
EOA, Upaya Cegah Gangguan Pendengaran pada Anak
Bayi yang lahir dengan resiko tinggi, seperti bayi dengan berat badan lahir rendah, kekurangan kadar oksigen atau disebut asfiksia perinatal, dan hiperbilirubinemia, memiliki kemungkinan menderita pendengaran buruk sekitar 2-4 dari 100 bayi.Perburukan fungsi pendengaran dari lahir ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif.
BACA JUGA:Keluhkan Biaya Sewa Lahan, Warga Kanci Sambangi DPRD, PT KAI Siap Berikan Relaksai
Oleh karena itu, perburukan fungsi pendengaran pada bayi seharusnya dapat diidentifikasi sejak awal sehingga tenaga medis atau keluarga dapat melakukan tindakan untuk perkembangan sensor sistem.Saat ini, banyak sekali kasus bayi dengan perburukan pendengaran yang tidak terdeteksi.Oleh karena itu, perlu campur tangan tim medis dalam melakukan screening agar hal tersebut tidak terjadi. Saat ini sudah terdapat alat yang cepat dan murah untuk melakukan tes pendengaran pada bayi dan anak, yaitu Otoacoustic Emission (OAE).
Anda perlu melakukan pemeriksaan otoacoustic emission (OAE) sedini mungkin, bahkan ketika bayi baru lahir. Dengan pemeriksaan ini, Anda dapat mendeteksi secara dini gejala atau tanda adanya gangguan pendengaran pada anak. Pemeriksaan OAE dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.
Pemeriksaan awal tes OAE ini adalah dengan melakukan pengecekan menggunakan empat frekuensi berbeda, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, dan 5000 Hz. Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi standar penggunaan suara dengan frekuensi di atas 40 desibel, yang diketahui dengan pengukuran sound level meter.
Bayi-bayi yang lahir dengan resiko tinggi dan gagal pada tes pendengaran yang pertama, perlu melakukan skrining kedua setidaknya satu bulan setelahnya. Bayi-bayi yang gagal dalam pemeriksaan pemeriksaan tersebut seharusnya menjalani rehabilitasi awal. Rehabilitasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari perkembangan sistem sensorik.
BACA JUGA:Lambungkan Image Teh Indonesia di Mata Dunia, BRI Dukung UMKM Sila Tea di Pasar Tong Tong Belanda
Upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan menjaga kehamilan sebaik mungkin. Selama masa pertumbuhan janin dalam kandungan, ibu bisa melakukan beberapa hal, seperti kontrol sesuai jadwal sepanjang masa kehamilan. Ibu hamil juga perlu melakukan pemeriksaan TORCHS, dan sebaiknya menghindari pemakaian obat-obatan yang bersifat toksik bagi telinga bayi, terutama pada trimester pertama kehamilan.
Tes OAE pada anak ini sangat penting, karena apabila dibiarkan, tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi. Jika hal ini terjadi, resiko gangguan kemampuan bicara pada anak akan makin tinggi. Pencegahan sejak dini tentu akan sangat membantu anak untuk bisa tumbuh dengan sempurna dan sehat semua alat inderanya. Cegah risiko gangguan pendengaran pada anak dengan melakukan tes OAE sejak dini. (*)
BACA JUGA:Menko Airlangga Sebut Indonesia Makin Diperhitungkan Dunia