Radarcirebon.com, JAKARTA – Sampai dengan pendataan terakhir per 6 November 2022, kasus gagal ginjal akut pada anak-anak di Indonesia tidak ada lagi penambahan.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Muhammad Syahril pada konferensi pers update perkembangan kasus gagal ginjal akut, Senin 7 November 2022.
“Dalam kurun satu minggu terakhir juga terjadi penurunan tren gagal ginjal akut pada anak di Indonesia” ucapnya.
BACA JUGA:Jika Rakyat Berkehendak, Moeldoko Siap Maju di Pilpres 2024
Sehingga, lanjut dia masih tercatat 324 kasus, yang terdiri dari 28 kasus dalam perawatan, 194 meninggal (CFR 59 persen), dan sembuh 104 kasus.
dr Syahril mengatakan upaya ini merupakan hasil sejak dikeluarkannya Surat Edaran (SE) tentang larangan tenaga kesehatan (nakes) dan apotek untuk memberikan obat sirup pada anak.
Ini merupakan langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah, mengingat hasil pemeriksaan terhadap kasus gagal ginjal akut pada anak yang dilaporkan di 28 provinsi menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten.
BACA JUGA:Bareskrim Polri Periksa Direktur dan 27 Orang dari PT Afi Farma Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut
Perlu dicatat, faktor risiko terbesar penyebab gangguan ginjal akut pada anak adalah toksikasi dari EG dan DEG pada obat sirup.
Sejak tanggal 18 Oktober 2022 itu jumlah pasien sudah mulai turun terus, pada bulan November awal tanggal 2 sampai tanggal 6 bahkan tidak ada pasien yang bertambah maupun meninggal.
“Dengan kita melarang pemakaian obat di Puskesmas, di dokter-dokter atau tenaga kesehatan, dan penjualan di apotek, serta dengan mendatangkan antidotum maka pasien-pasien yang sedang dirawat itu mengalami perbaikan yang signifikan dan banyak yang sembuh,” ujar dr. Syahril
BACA JUGA:Terungkap, Pinkan Mambo Tega Menggugurkan Kandungan dan Punya Selingkuhan Artis
Kematian gagal ginjal paling banyak terjadi di usia 1 sampai 5 tahun. Mayoritas kasus berada pada stadium 3 (58 persen).
dr Syahril mengungkapkan stadium 3 itu bisa diobati apabila belum betul-betul menjadi stadium yang sangat berat. Kalau stadium 1 dan 2 kemungkinan besar semuanya bisa diselamatkan.
Kementerian kesehatan juga terus menekan angka kematian akibat gangguan ginjal akut pada anak dengan memberikan antidotum fomepizole sebagai bagian dari terapi pengobatan pasien.
BACA JUGA:Viral Air Terjun dari Langit di Bekasi Disebut Microburst, Apa Itu?
Obat antidotum (penawar) fomepizole injeksi sudah ratusan vial didatangkan dari beberapa negara, seperti Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang (246 vial).
Sebanyak 200 vial antidotum fomepizole juga sudah didistribusikan ke 41 rumah sakit di 34 Provinsi di Indonesia. (jun)