Siswa kelas XII IPA-4 itu, membacakan puisi ciptaannya yang berjudul Pelita Bangsa yang khusus ditujukan untuk para pendidik di SMAN 7 Cirebon.
BACA JUGA:FK UGJ dan AFKSI Cegah Stunting
BACA JUGA:Konflik Keraton Kasepuhan Cirebon, Dewan Kalungguhan Minta Pemda Ambil Alih Pengelolaan Wisata
Siswa yang pernah juara favorit lomba baca puisi tingkat nasional tahun 2021 yang diselenggarakan Universitas Pasundan itu, tampak meneteskan bulir-bulir bening saat membacakan bait demi bait puisi ciptaannya.
Para guru yang menyimak, tidak kuasa untuk menahan haru. Bahkan, tidak sedikit dari mereka berkaca-kaca menahan air mata.
Undang Ahmad Hidayat mengatakan, guru adalah profesi yang tak dapat diukur nilainya dengan rupiah semata.
Dirinya menggambarkan bentuk kebahagiaan dan kepuasan batin seorang guru, manakala mengetahui siswanya berprestasi, menjadi orang yang lebih baik melalui nasihatnya.
BACA JUGA:Pertemuan Berakhir Deadlock, Rahardjo Djali: Besok Kita Berkirim Surat ke Polres dan Kodim
BACA JUGA:Mau Healing Tapi Bingung ke Mana? 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Cirebon
"Seorang guru juga akan sangat bersyukur dan turut bergembira manakala mendengar kabar kesuksesan para siswa yang dulu pernah diajarnya," ucapnya.
Ditambahkan Undang, kebahagiaan dan kepuasan batin tersebut, derajatnya mengalahkan materi yang diterimanya sebagai penghargaan atas profesinya.
Karena menurutnya, kesuksesan seseorang di masa kini, ada pahatan peran seorang guru.
"Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan mengasah keahlian. Akan tetapi, guru juga berperan sebagai agen perubahan paradigma berpikir dan perilaku seseorang," tambah Undang.
BACA JUGA:Rekomendasi Makanan Khas Cirebon, Cocok Buat Liburan Akhir Pekan Ini
BACA JUGA:Polresta Cirebon Gandeng IJTI Dirikan Posko Peduli Cianjur
Selain itu, Undang berpendapat, rumus hidup dan kehidupan yang tersemat dalam nasihat dan petuah guru, terkadang lebih melekat di hati dan benak siswanya ketimbang rumus-rumus dan teori pengetahuan yang diajarkan olehnya.