Ustad Abu Bakar Baasyir terkejut saat Jawa Pos memberi kabar pertama kali soal tertangkapnya Imron Baihaqi alias Abu Tholut. \"Lho tertangkap, bagaimana kejadiannya, astaghfirulloh, innalillahi,\" katanya saat ditemui di rutan Bareskrim Polri usai salat Jumat kemarin. Pendiri Pondok Pesantren Ngruki itu sedang menerima tamu mahasiswa dari LIPIA dan aktivis Front Jihad Islam dari Yogyakarta. \"Kalau benar dia tertangkap, semoga sabar, itu kan sebenarnya sudah tertulis di lauhul mahfudz,\" katanya. Menurut ulama kelahiran Jombang itu, Abu Tholut memang pernah bergabung di Jamaah Ansharut Tauhid yang didirikannya. \"Tapi, kemudian keluar karena berbeda prinsip,\" katanya. Baasyir menjelaskan, JAT menyetujui prinsip I’dad (latihan). \"Tapi, kalau pakai senjata, kita belum sanggup. Karena itu, siapapun yang memakai senjata dalam I’dadnya kami minta untuk keluar dari jamaah,\" katanya. I’dad kata Baasyir wajib hukumnya bagi setiap muslim yang baligh (dewasa). \"Kami juga I’dad tapi fisik saja, tidak pakai senjata,\" katanya. Baasyir yakin Abu Tholut akan dikaitkan polisi dengan dirinya. \"Kalau kenal iya, tapi aktivitasnya setelah keluar dari JAT saya tidak tahu lagi,\" katanya. Berkas Baasyir sekarang belum lengkap. Polisi punya waktu hingga Senin 13 Desember 2010 nanti. Abu Tholut selama ini dikaitkan dengan Baasyir karena dianggap pernah meinta izin untuk melakukan aktivitas militer pada ustad yang sering dipanggil ustad Abu itu. Abu Tholut juga diduga pernah menerima dana dari JAT untuk kepentingan latihan militer. “Semua itu fitnah dan rekayasa polisi saja. Sebagai manusia kita berikhtiar untuk melawan hukum ini, tapi kalau nanti takdir memutuskan saya dihukum seumur hidup atau dihukum mati ya itu memang sudah dituliskan Alloh,\" katanya. Baasyir menyebut, fitnah pada umat Islam yang konsisten menegakkan tauhid sangat banyak. \"Misalnya, menyebut perampokan itu fa’i. Padahal fa’i itu hanya ditujukan pada mereka yang jelas-jelas memusuhi Islam,\" katanya. Ustad Abu mencontohkan, ada seorang jenderal polisi yang selalu menindas ulama dan semena-mena terhadap aktivis dakwah tauhid. \"Kepung rumahnya, kalau dia menyerah lalu barangnya diambil. Nah, itu contoh fa’i yang benar,” katanya. Dia juga yakin semua penangkapan yang dilakukan Densus 88 karena pesanan Amerika Serikat. Secara terpisah, pengamat terorisme Rakyan Adibrata menilai penangkapan Imron alias Abu Tholut aneh. \"Tidak sesuai dengan profilnya, dia terlatih , kok terkesan gampang sekali,\" katanya. Peneliti yang pernah riset di Perancis itu menduga penangkapan Abu Tholut itu sudah disiapkan jauh-jauh hari. \"Tapi, baru dilakukan sekarang yang kebetulan dekat dengan masa berakhirnya penahanan ustad Abu,\" katanya. Kabidpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar membantah penangkapan Abu Tholut terkait dengan tidak lengkapnya berkas Baasyir. \"AT memang sudah DPO lama, jadi tidak ada kaitan langsung dengan berkas ABB,\" kata Boy. Jika Senin nanti, berkas Baasyir tidak juga lengkap, kejaksaan berhak mengambil alih penahanan. \"Jadi, tidak langsung bebas,\" katanya. Secara terpisah, Radar Kudus (group Radar Cirebon) melaporkan letak rumah Abu Tholut di Dukuh Bae Pondok, RT 4/III, Desa Bae, Kecamatan Bae, sangatlah strategis untuk bersembunyi. Hal itu dikarenakan, letak rumah yang belakangnya kebun dan sebelah kirinya sungai, membuat rumah tersebut tidak mudah dijangkau oleh orang awam. Berdasarkan pengamatan Radar Kudus dilokasi kejadian, rumah terduga diapit oleh tiga rumah saudara iparnya, Yakni, rumah Mustaqin (depan), rumah Yasin (samping kanan), dan Zahid (samping kanan), dan di belakangnya adalah kebun. Sehingga, jarang diketahui masyarakat awam apabila tidak benar-benar sengaja mendatangi rumah terduga. Rumah yang mempunyai ukuran cukup luas, dengan tembok bercat putih, serta berlantai keramik warna hijau, sebelumnya tidak pernah menjadi sorotan warga. Namun, sejak setahun terakhir, rumah tersebut mulai sering didatangi warga, dan juga dimata-matai petugas, khususnya Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Su’udi (42) warga Dukuh setempat saat ditemui Radar Kudus, di TKP kemarin menuturkan, Dukuh Bae Pondok, Desa Bae, merupakan Dukuh paling ujung alias perbatasan, yang menghubungkan antara Desa Bae, Kecamatan Bae, dengan Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. \"Dukuh kami merupakan dukuh terakhir di Desa Bae, dan Kecamatan Bae. Karena, disebelah utara dukuh kami, ada jalan tenggangan sepanjang 2 kilometer, yang kanan kirinya adalah sawah dan kebun,\" ujarnya. Setelah itu, lanjutnya, apabila ke utara lagi, sudah masuk di Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. \"Masyarakat umum memang jarang yang lewat dijalan ini, kecuali masyarakat sekitar. Karena kebanyakan masyarakat umum seringnya, lewat jalan Kudus-Colo,\" bebernya. Dari jalan Raya Kudus-Colo, Dukuh tersebut harus masuk jalan sempit yang mempunyai lebar jalan dua meter, ke arah Barat kurang lebih sepanjang 1,5 kilometer. Tepatnya, disebelah baratnya Kantor PDAM unit Produksi. Su’udi mengakui, akhir-akhir ini banyak sekali warga yang tidak dikenal sering mendatangi dukuhnya. \"Kadang ada orang yang sengaja mondar-mandir tidak jelas disekitar sini. Ada juga penjual mainan anak-anak,\" katanya.(rdl/lil/rus/jpnn)
Abu Bakar Baasyir Doakan Abu Tholut
Sabtu 11-12-2010,07:27 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :