Bensin Sawit, Bahan Bakar Masa Depan untuk Indonesia yang Lebih Baik

Jumat 20-01-2023,05:00 WIB
Reporter : Moh Junaedi
Editor : Moh Junaedi

JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Sebagai salah satu negara produsen minyak kelapa sawit, bahan bakar yang berasal dari buah pohon tersebut sudah mendapatkan tempat di dalam negeri.

Bahkan, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan melirik benis sawit (bensa) untuk diekspor.

Apalagi, ada kebijakan dari pemerintah bahwa akan segera menghentikan impor BBM ada 2045 mendatang.

BACA JUGA:Debat Terbuka di PBB, Indonesia Tekankan 3 Poin Agar Warga Palestina Hidup Damai

Dengan berhentinya impor BBM, maka bahan baku BBM dalam negeri akan di pasok dari minyak sawit yang akan di olah menjadi bensin sawit.

Kualitas bensa ini juga tak kalah dengan BBM mineral, di mana bensin sawit dengan RON 115 dari hasil penelitian Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung.

Bensin sawit RON 115 ini berada diatas dari Pertamax Turbo RON 98 yang tentunya akan memberikan kualitas pembakaran yang sempurna.

BACA JUGA:The Minions Sukses Melangkah ke Perempat Final India Open 2023, Markus: Kami Lebih Beruntung

Menurut Melia Laniwati Gunawan selaku salah satu peneliti bensin sawit ITB menjelaskan jika selain kualitasnya lebih baik, harga bensin sawit tersebut masih berada di bawah harga Pertamax Turbo yang hanya 20 ribu rupiah per liter karena biaya produksi bensin sawit yang cukup terjangkau.

Selain dapat menekan pengeluaran negara akan biaya impor BBM, bensin sawit juga akan dapat menstabilkan harga sawit jika terjadi penurunan harga sawit dunia.

Tak hanya itu, emisi gas buang yang menjadi konsentrasi pemerintah untuk menuju green energy, bensin sawit mempunyai peranan penting serta proses pembuatan bensin sawit yang teknologinya telah kita kuasai.

BACA JUGA:Kemenag RI Usulkan Kenaikan Ongkos Haji, Berikut Penjelasan Yaqut Cholil Qoumas

Dengan mesin konvensional atau internal combustion engine (ICE), bensin sawit mempunyai emisi gas buang yang sangat rendah dan aman bagi lingkungan.

Sedangkan menurut Luhut terkait penghentian impor BBM, pemerintah berencana menghentikan pada 2045 mendatang dan bahan baku BBM akan dialihkan dari minyak sawit.

Luhut mengungkapkan pemerintah sendiri menargetkan akan memproduksi sebanyak 100 ton minyak sawit menjadi bensin sawit.

BACA JUGA:Tim Garuda Select Season 5 Lumat Inter Milan U-17 dengan Skor 2-1, Asisten Pelatih Akademi Como Beri Komentar

Dari 100 ton tersebut 30 persen untuk kebutuhan pangan dan 70 untuk memenuhi kebutuhan bensin sawit.

Pengembangan bahan bakar alternatif ini merupakan satu dari lima pilar ekonomi hijau yang tengah digencarkan Indonesia.

Empat pilar lainnya yang digenjot pemerintah yaitu dekarbonisasi sektor kelistrikan, transportasi rendah karbon yang salah satunya berupa adopsi kendaraan listrik, industri hijau dan carbon sinks yang meliputi carbon capture dan carbon offset market.

 BACA JUGA:Jumlah Desa Mandiri di Kabupaten Cirebon Bertambah

Besarnya peran bensin sawit ini menurut Luhut memegang peranan penting dalam transisi energy dari BBM fosil ke energi terbarukan.

Seiring dengan pengembangan bensin sawit ini, pemrintah juga telah mulai dari mengurangi impor solar yang dialihkan dengan pengembangan B30 dan B40.

Sejauh ini pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mengembangkan bensin sawit ini.

Rencananya ESDM akan segera melakukan produksi sebanyak 238,5 kilo liter (kl) per hari dipabrik yang akan dibanggun di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

BACA JUGA:Pintu Rujuk Ditutup, Venna Melinda Bakal Gugat Cerai Ferry Irawan

Arifin Tasrif selaku Menteri ESDM mejelaskan jika bensin sawit ITB ini akan segera diproduksi sebagai pilot project dengan kapasitas 1.000 L per harinya.

Masih dengan Arifin, konsep project ini telah tepat, tinggal bagaimana kita membuat langkah yang tepat sehingga bensa dapat memenuhi perhitungan dalam skala ekomoni yang tepat.

Pengembangan bensa ini juga akan mengiringi program pemerintah dalam mencapai kemandirian energi dengan mengurangi impor, baik Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun LPG.

Tak hanya untuk memenuhi BBM transportasi darat, namun ESDM juga telah menjajal hasil dari minyak sawit ini untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pesawat.

BACA JUGA:TV Aquos IIOTO Beri Pengalaman Menonton Full HD

Arifin menejelaskan jika uji coba yang dilakukan dengan menggunakan Pesawat CN235-200 FTB telah berhasil dilakukan.

Adapun pencapuran dari Bioavtur 2,4 persen dengan jarak tempuh Bandung – Jakarta.

Rencannya melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015 akan mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020, dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi bioavtur 5 persen. (jun)

Kategori :