Kiprah Malahayati sebagai seorang wanita yang sukses sebagai panglima militer sekaligus diplomat, telah diakui dan dicatat dalam sejarah berbagai bangsa.
BACA JUGA:Wisata Bahari Cirebon Timur, Dibangun Tahun Ini dengan Anggaran Rp150 Miliar
BACA JUGA:Rahasia Kunci Inspirasi Desain Mitsubishi XFC Concept
Dalam bahasa Aceh, ‘Inong’ berarti Wanita, sedangkan ‘Balee’ berarti janda. Laskar Inong Balee, merupakan pasukan khusus yang beranggotakan para janda dari syuhada dalam Pertempuran Laut Haru.
Dalam pertempuran tersebut, Armada Kesultanan Aceh berhasil memukul mundur Armada Portugis tetapi harus kehilangan dua laksamana laut beserta seribu orang prajurit.
Hal ini membuat banyak istri prajurit angkatan laut Kesultanan Aceh menjadi janda.
Malahayati yang merupakan istri dari salah satu Laksamana yang gugur berinisiatif mengusulkan agar para janda prajurit ini dapat diberdayakan dalam dinas kemiliteran.
BACA JUGA:5 Sungai Besar di Kuningan, No 3 Sering Meluap ke Perkampungan
BACA JUGA:Melihat Dari Dekat Sepak Terjang Rupbasan kelas I Cirebon
Benteng Inong Balee menjadi pusat dukungan logistik bagi laut Kesultanan Aceh sekaligus salah satu titik strategis pertahanan militer Aceh dari ancaman serangan musuh dari arah Selat Malaka.
Posisinya yang berada di atas bukit, membuat pasukan Inong Balee memiliki jangkauan pandangan yang luas.
Membentang dari ujung Barat Teluk Krueng Raya hingga jauh ke pesisir Timur Aceh Besar.
John Davis, seorang berkebangsaan Inggris, nahkoda di sebuah kapal Belanda, mengunjungi Kerajaan Aceh pada masa Malahayati menjadi Laksamana.
BACA JUGA:WARGA KUNINGAN Harus Tahu Maria Ulfah, Pahlawan Indonesia dan Anak Bupati Kuningan
BACA JUGA:Kota Cirebon Target Identitas Kependudukan Digital 67.500
John melaporkan, kerajaan Aceh pada masa itu mempunyai perlengkapan armada laut terdiri dari 100 buah kapal perang, diantaranya ada yang berkapasitas 400-500 penumpang.