Latar belakangnya sebagai guru di sekolah luar biasa atau SLB, diakui Ayu, memudahkannya tugasnya sebagai JBI di Polresta Cirebon.
Dia mengungkapkan, mempelajari bahasa insyarat tersebut saat berkuliah. “Saya kan sebagai guru SLB, jadi saya dari kampus memang ada mata kuliah bahasa isyarat.
Menurut Ayu, keberadaan JBI pada saat konferensi pers atau tayangan berita di televisi sangat penting untuk masyarakat tunarungu.
BACA JUGA:Administrasi 2 Desa Bermasalah, DPRD Minta Pemda Surati Instansi Vertikal Ubah Data
BACA JUGA:Anggaran Pemeliharaan Minim, Komisi III Suport Tambahan Anggaran di Perubahan
Dia mengatakan, warga tunarungu juga memiliki hak terhadap akses informasi sama halnya dengan masyaratakat pada umumnya.
“Kalau di berita kan memang sudah bagus ya, sudah ada subtitle lah istilahnya begitu. Nah, yang kaum tuli tuh perlu untuk subtitle di setiap berita, jadi mereka pun ikut mengikuti perkembangan dari berita itu sendiri,” paparnya.
Nah, Ayu mengungkapkan, jumlah JBI di Cirebon cukup banyak. Ada yang dari kaum mendengar, ada juga dari kaum tunarungu.
Di samping itu, komunitas tunarungu di Cirebon juga terus berkembang dan mengembangkan kemampuan bahasa isyaratnya.
“Jadi, memang ada yang belajar otodidak, dan ada yang belajar di kuliah seperti saya,” jelasnya.
BACA JUGA:P1 Sampai P4 Sudah Bisa Lihat Pengumuman Seleksi PPPK Guru 2022, Lebih Dulu dari SSCASN BKN