MALANG - Pelan-pelan, titik terang mulai ditemukan aparat kepolisian dalam pengungkapan pelaku pemboman ATM Mandiri di jalan Kertanegara, Girimoyo, Karangploso. Salah satu titik terang yang dikemukakan adalah dari rekaman CCTV di dalam ATM. Kapolres Malang, AKBP Adi Deriyan Jayamarta kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group) menjelaskan, dari rekaman CCTV diketahui jika hanya ada satu orang yang masuk ke dalam ATM. Pria dengan tinggi badan sekitar 165 sentimeter itu memiliki perawakan yang tegap dan menggunakan kaus putih. Selain itu, dia juga menggunakan celana jins biru serta memakai helm full face. Pria tersebut tidak melakukan transaksi keuangan lazimnya orang ke ATM. Namun, hanya menaruh kotak besi di sisi kiri ATM. Kotak yang disebutkan Polda Jatim memiliki dimensi 10 x 15 x 25 sentimeter itu diletakkan begitu saja di lantai. Masih berdasar penuturan Adi, setelah meletakkan kotak besi itu, pelaku sempat mengambil posisi jongkok dan membakar sumbu. Dari rekaman CCTV, tidak begitu jelas sumbu yang digunakan pelaku. \"Selang tiga menit setelah meletakkan benda itu, bom meledak,\" ucap Adi. Lebih lanjut, mantan Kapolres Madiun Kota itu menjelaskan, pihak kepolisian ingin membuat sketsa wajah pelaku. Namun, polisi kesulitan karena pelaku menggunakan helm full face. Polres Malang, kata Adi, terus berdiskusi dengan Polda Jatim untuk pengungkapan kasus ini. Adi menjelaskan, perkembangan lain selain tentang CCTV, polisi juga menambah saksi. Jika sebelumnya hanya empat saksi, maka saat ini polisi sudah memeriksa sembilan saksi. Tambahan saksi adalah tiga masyarakat yang dianggap tahu saat kejadian dan dua orang lainnya adalah teknisi dari Bank Mandiri. Dari saksi Bank Mandiri, relatif tidak ada temuan baru. Mereka hanya menjelaskan soal uang yang ada di dalam ATM dan juga registrasi uang yang dimasukkan sebelumnya. Dari itu, diketahui uang di dalam ATM memang identik sama dengan uang yang sebelumnya dimasukkan. Di sisi lain, Adi menjelaskan, penanganan kasus ini sepenuhnya diserahkan ke Polres Malang. Mereka harus memberitahukan update sekecil apapun ke Polda Jatim yang akan diteruskan ke Mabes Polri. \"Informasinya, sejumlah anggota Densus 88 sudah ada di Malang,\" ujar Adi. Mantan penyidik KPK selama enam tahun tersebut menjelaskan, secara kordinatif, anggota Densus 88 tidak harus memberitahukan posisi dan keberadaanya kepada Polres Malang, kepada Kapolres sekalipun. Dia memastikan, beberapa saat setelah info akurat dari Polres Malang terjadi ledakan, anggota Densus 88 sudah memasuki Malang. \"Mereka benar-benar tertutup bahkan tidak teridentifikasi gerakannya. Mereka mendapatkan info dari Mabes Polri yang dikirim dari Polres Malang, namun mereka tidak memiliki kewajiban memberitahukan gerakan ke polisi di Jatim. Memang ada beberapa tindak lanjut namun mohon maaf tidak bisa kami sampaikan ke teman-teman media,\" tambah AKBP Adi Deriyan J. Di sisi lain, salah satu perwira di Polres Malang mengatakan, Densus 88 memang sudah ada di Malang. \"Ketika ada kejadian seperti ini, Densus 88 pasti langsung keluar,\" tambah sumber yang pernah terlibat operasi Densus 88 di salah satu ujung timur di Jatim itu. Lebih lanjut, sumber tersebut mengatakan, dalam teknis kerja sehari-hari, biasanya tim Densus 88 akan dibagi dalam dua tim lidik (penyelidikan). Satu tim bertugas di sekitar lokasi kejadian, satu tim lain memastikan benda-benda hasil olah TKP di Gegana maupun Labfor cabang Surabaya. Secara teknis, tim Densus 88 akan membaur dengan masyarakat dan bisa melakukan penyamaran dalam bentuk apapun. \"Yang penting harus dapat informasi A1 (akurat),\" jelas dia. Informasi itu akan dikirim ke tingkatan lebih tinggi untuk menentukan strategi berikutnya. Dalam kerjanya, tim Densus 88 yang di lapangan akan melakukan meeting setiap hari. Tempatnya tidak ditentukan. Selama di lapangan, mereka tidak boleh kontak dengan siapapun, -selain komandannya-, termasuk anak istrinya. Penyelidikan ini akan memakan waktu lama. \"Saya dulu tiga bulan dan berperan sebagai tukang bakso,\" tandas perwira yang wanti-wanti namanya tidak disebutkan namanya itu. Sementara itu, salah satu saksi kunci, Rifai menjelaskan, dimungkinkan pelaku sudah lama mengawasi tempat tersebut. Sebab, beberapa saat sebelum kejadian, Kapolsek Karangploso, AKP Sugeng Hardianto masih melakukan patroli kawasan di daerah tersebut. Ditemui di rumahnya, Rifai menjelaskan, dia masuk kerja sebagai satpam pada pukul 23.00. Dia dan salah satu rekannya, yaitu Suwito masih terjaga hingga pukul 01.00. Pria berusia 53 tahun tersebut baru saja membahas soal pemilihan umum legislatif April 2014 mendatang. Setelah itu, dia keluar ruangan dan melihat Kapolsek Karangploso melintas ke barat dan menuju ke Polsek. \"Pak Kapolsek kalau patroli malam selalu menggunakan sepeda motor. Kalau pakai mobil patroli mungkin ngetarani,\" kata Rifai. Tak berselang lama, Kapolsek kembali ke arah timur. Selepas Kapolsek melintas, Rifai kembali ke pos jaga. Dia menyaksikan televisi yang menyiarkan film laga, sementara temannya menuju ke kamar mandi. Tak berselang lama, suara ledakan sangat keras terdengar. Hanya sekali. Rifai mengatakan, asap putih langsung membumbung dari tembok sisi barat, timur, dan selatan. Pria yang sudah hampir sembilan tahun menjadi satpam warung Pak Saleh itu sempat berpikir jika suara ledakan berasal dari suara petasan. Apalagi juga tercium bau khas mercon. \"Tapi kok tidak ada kertas berserakan. Saat itu saya baru sadar itu bom,\" tandas pria yang akrab disapa Pak Betu itu. (did)
Diledakkan Pakai Sumbu, Pelaku Berkaus Putih
Sabtu 11-01-2014,14:38 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :