Sebagai orang beragama, muslim, Syekh Panji Gumilang merasa tidak layak bersikap terkungkung, terbelenggu oleh agamanya.
“Mestinya, seorang muslim harus tertanam sikap pengembara yang tidak terbelenggu, bebas dan bertanggung jawab," katanya.
Sebab menurutnya, Islam menganjurkan pengembaraan ruhani maupun jasmani kepada segenap pemeluknya. “Menjadi muslim bermakna menjadi pengembara ruhaniah,” tandasnya.
“Menjelajah segala sudut dan dataran ilmu pengetahuan. Yang dengannya akan dapat membuka kebutaan mata hati sebagai penerang kehidupan. Yang mampu membedakan segala kebaikan dan keburukan. Dan yang selalu berdampingan dalam dunia," jelasnya lagi.
BACA JUGA:Api di Rest Area Tol Cipali Belum Juga Padam, Pemilik Tenant Diberi Konpensasi
Dia mengatakan, kebutaan mata hati bermakna kebodohan dan ketidakmampuan menjawab tantangan zaman. Itu bermakna tidak mampu melihat dunia, dan tidak dapat melihat interaksi yang membentuk dunia.
Maka sudah barang pasti, ujar Panji, tidak mampu menyiasati dunia dan perkembangannya. Dan pada gilirannya hanya akan menjadi penghuni dunia yang tidak bermakna.
"Mungkin kondisi seperti itu berhak menuntut janji Sang Pencipta untuk mendapatkan tempat yang terhormat disisi-Nya?”
Sech Alzaytun sendiri menjawabnya dengan mengutip QS 17/72: "Barang siapa yang buta (hatinya) di dunia, niscaya di akhirat kelak, ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar”.
BACA JUGA:Pemilik Tanda Lahir Putih Bisa Bernasib Sial, Ini Cara Menangkalnya
Syekh Panji berpandangan dalam perkembangan agama di dunia pada masa kini dan masa datang. Demikianlah semestinya umat beragama (kaum muslimin) menjalankan agamanya dan menyebarkannya kepada lapisan penghuni dunia.
Sebab, jelas dia, umat manusia beragama kemudian mengembangkannya, adalah fitrah manusia. Semua orang beragama merasa wajib untuk mengembangkan dan menyampaikan keyakinannya kepada siapapun di dunia ini.
Dalam hal ini orang nomor satu di Al Zaytun ini berpandangan, di sinilah letaknya sebuah toleransi. Siapapun umat beragama bebas mendakwahkan agamanya. Dan siapapun manusia bebas menerima maupun menolak ajakan itu.
Rambu-rambu untuk itu, tegas Panji, dalam tatanan hidup antar bangsa dan agama telah dimiliki oleh umat dan bangsa sedunia. Sikap toleran akan dapat meminimalkan segala konsekwensi negatif penyebaran agama. (*)