Demi 'Haji' Bromo KOM, Rela 'Disiksa'

Senin 29-05-2023,05:30 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Terutama 5 km terakhir, tanjakkan berkelok menanjak sampai menyentuh pita di ketinggian sekitar 2000 mdpl. Di jarak itu pulalah tempat penasbian para King of Mountain tahun ini. Di Desa Wonokitri, lereng Gunung Bromo.

BACA JUGA:Bhiksu Thudong Menyampaikan Pesan Penting di Kendal, Bhante Wawan: Banyak Informasi yang Salah

Tapi sebagian besar peserta bukan memburu gelar raja tanjakkan. Mereka tahu diri. Target mereka hanya sederhana. Bisa menyentuh garis finish di bawah cut of time (COT) saja sudah cukup. Karena sudah lulus “penyiksaan”dan berhak menyandang “haji” Bromo KOM.

Sebab, jangan ditanya untuk sampai puncak Wonokitri itu. Banyak yang tidak 100 persen digowes. Bisa jadi sebagian besar. Mereka, tua-muda, laki-laki-perempuan, tertatih-tatih jalan kaki mendorong sepedanya. Tujuannya hanya satu, agar sampai finish.

Banyak pula yang tidak lulus menjadi “haji” Bromo KOM. Banyak penyebabnya. Ada yang pingsan di tengah jalan. Ratusan orang yang mengerang kesakitan karena kram. Ada yang nafasnya kuat, tapi dengkulnya menyerah. Ada yang dengkul dan nafasnya kuat, pantatnya yang tidak mau kompromi.

Itulah gambaran orang-orang yang “merugi”. Disuruh bayar mahal. Disiksa. Disayat-sayat. Tidak finish. Batal memperoleh mendali “haji” Bromo.

BACA JUGA:Anggota Geng Motor Ditangkap Polsek Kesambi Cirebon, Begini Penampakannya

Walaupun begitu, banyak yang tidak kapok. Tahun depan mereka yang tidak lulus itu, masih berencana ikut lagi. Apalagi tahun depan akan lebih meriah lagi, karena menperingati 10 tahun Bromo KOM.

Bagi yang lulus pun juga masih penasaran. Masih tetap Ingin ikut lagi, dengan berbagai alasan. Mirip naik haji. Walau sudah berkali-kali tetap ingin mengulang kembali ke Tanah Suci.

Memang untuk menaklukkan Bromo tidak bisa dianggap enteng. Latihan memang tidak mengkhianati hasil. Selain itu juga dibutuhkan strategi dan kesabaran.

Banyak mereka yang seharusnya kuat, karena bernafsu besar, “sombong” untuk memburu juara, malah terhenti di tengah jalan. Kalah dengan mereka yang sabar, tawakal dan percaya kemampuan diri sendiri.

BACA JUGA:Warga Subang Curi Motor Pengunjung yang Lagi Selfie di Indramayu, Akhirnya Babak Belur

Itulah gambaran event Bromo KOM. Pantas, Jika event tahunan ini disebut sebagai “naik haji”-nya bagi para cyclist.

Banyak goweser ban kecil, merasa belum sempurna gowes-nya jika belum mengikuti dan lulus event Bromo KOM. Yang sudah ikut dan lulus pun, masih ingin mengulang kembali.

Dan inilah event cycling untuk komunitas yang membanggakan Indonesia. Pengaruhnya bukan hanya di dunia olahraga. Menjalar ke banyak bidang. Setidaknya ekonomi, pariwisata dan kuliner. (*)

Kategori :