INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Syekh Al Zaytun Panji Gumilang tak gentar menghadapi hinaan, cacian dan tudingan sesat dari banyak pihak. Bahkan, semua itu oleh Syech berusia 77 tahun itu, sudah dianggap biasa.
Menurut Syekh Panji Gumilang, perbedaan pandangan itu hal yang wajar. Karena semua orang memiliki prinsip dan pandangan hidup masing-masing.
Latief WeHa di akun media sosialnya mengunggah jawaban Panji Gumilang menjawab kritik, cacian hingga tuduhan sesat.
Unggahan yang dia beri judul “Dalam Suatu Kesempatan” itu merupakan jawaban Syech Panji Gumilang menanggapi banyak tudingan itu.
BACA JUGA:Mentri Nadiem Wacanakan Marketplace untuk Guru, Komisi X DPR RI Langsung Bereaksi
Dalam unggahan ditulisan itu, Syech Panji Gumilang pernah menjawab kritikan tersebut sedengan santai.
Apa jawabannya? “Olahraganya Syekh itu melawan arus. Sudah biasa itu,” begitu jawaban orang nomor satu di Al Zaytun, seperti yang diunggah Latief WeHa.
Bahkan, Syech yang alumni Ponpes Modern Gobtor itu, tidak marah tehadap kritikan, cacian, hingga tuduhan sesat. “Beliau mengatakan itu sambil tersenyum,” tulis Latief lagi.
Dalam unggahan itu yang menarik bukan hanya ungkapan singkat Syekh Panji Gumilang menjawab kritik. Yang menarik lainnya adalah gambar ilustrasinya. Berupa perahu dayung yang dikayuh sedang melawan arus.
BACA JUGA:Libur 4 Hari, Ratusan Ribu Kendaraan Roda Empat Tinggalkan Jabodetabek
“Dan saya menemukan ilustrasi ini dalam karya karikatur yang dibuat oleh seorang sahabat,” tulisnya.
Latief pun merinci tuduhan miring yang dialamatkan kepada Ponpes Al Zaytun dan Syech Panji Gumilang. Apa saja itu?
- banyak dituding sesat
- dihujat
- Dicaci maki,
- dibully,
- Dicemooh
- ditertawakan,
- dicibir,
- diolok-olok,
- dikatakan bodoh,
- dikatakan ilmu agamanya hanya seujung kuku,
- diteriaki orang ini harus ditangkap,
Menanggapi tiduhan itu, dijawab Syekh Al Zaytun dengan tetap bersemangat mendayung perahu. Tetap konsisten melawan arus.
BACA JUGA:31 Ruas Jalan Kabupaten Cirebon Diperbaiki, Kepala DPUTR: Semoga Tidak Rusak Lagi
Latief WeHa pun mengungkap para pengkritik sebagi gerombolan. “Semoga gerombolan itu segera diberi kesadaran, dan berbalik arah, turut melawan arus,” begitu harapan Latief WeHa mengakhiri tulisannya.