Puluhan Orang Menderita Talasemia

Rabu 15-01-2014,09:12 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAJALENGKA–Nasib kurang beruntung dialami oleh sejumlah warga Kabupaten Majalengka yang menderita penyakit langka talasemia. Penyakit ini, merupakan kelainan genetis yang menyebabkan tubuh manusia tidak dapat menghasilkan sel darah merah. Sehingga setiap kurun waktu tertentu mesti mendapatkan suplai darah lewat cara transfusi. Kepala Seksi Pelayanan dan Pelestarian Donor Darah Sukarela Unit Donor Darah (UDD) PMI Majalengka Rohmat Gojali menyebutkan, setiap hari pihaknya selalu kedatangan pasien talasemia yang membutuhkan transfusi darah. Dari catatan pihaknya, total penderita penyakit ini yang telah rutin menjadi penerima transfusi darah dari UDD PMI Majalengka ada 48 orang, yang tersebar di berbagai pelosok kawasan Kabupaten Majalengka. Namun, kata dia, dari data yang ada, total penderita talasemia di Majalengka mencapai 54 orang, akan tetapi sisanya tidak menerima transfusi darah dari UDD PMI Majalengka, melainkan ke UDD PMI kabupaten/kota lain. “Setiap hari ada saja yang minta ditransfusi darah dari kalangan pasien penderita talasemia. Kalau stok darah di sini sedia sih gak masalah. Tapi yang kasihan kan kalau stok harian darah di sini bener-bener kosong, mereka bisa lebih menderita. Terus terang, kita kewalahan menghadapi minimnya stok darah,” ujarnya. Dia menyebutkan, para pasien penderita talasemia yang membutuhkan transfusi darah ke UDD PMI Majalengka durasinya bisa beragam. Ada yang durasi sebulan sekali, ada yang satu minggu sekali, bahkan ada yang satu minggu tiga kali. “Untungnya penderita penyakit ini yang telah terdata oleh pemerintah mendapatkan subsidi untuk kebutuhan darahnya. Tapi yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan darah di kita. Oleh karenanya, kita mengimbau kepada masyarakat yang terketuk hatinya untuk menjadi pendonor darah sukarela, guna membantu meringankan penderitaan mereka,” ujarnya. Dia menyebutkan, pihaknya mencatat kebutuhan darah yang mesti dipenuhi UDD PMI Majalengka bagi pasien maupun masyarakat yang membutuhkan transfusi darah, per bulannya mencapai kurang lebih 1.200 labu atau kantong darah. Namun, dari hasil pengumpulan darah dari para pendonor sukarela, setiap bulan pihaknya hanya mampu mengumpulkan tidak lebih dari 500 sampai 600 labu darah saja. Atau defisit jauh dari kebutuhan yang semestinya. “Defisitnya sebulan bisa sampai 600 atau 700 labu. Kita cukup kerepotan untuk melayani permintaan pasien. Tahu sendiri kan, kalau untuk urusan darah kan sama dengan urusan nyelametin nyawa. Banyak pasien yang setiap harinya rela indent buat dapat stok darah yang dibutuhkan,” kata Rohmat, kemarin (9/10). Untuk menyiasati defisit stok darah ini, pihaknya bahkan mesti mendatangkan droping labu darah dari PMI Bandung setiap bulannya sampai sebanyak 300 hingga 400 labu. Itupun, masih belum bisa memenuhi kebutuhan darah bagi pasien secara optimal. Kalaupun ada masyarakat atau pasien yang membutuhkan darah darurat, pihaknya menyarankan keluarga pasien tersebut membawa orang yang bersedia menjadi donor pengganti sesuai golongan darah yang dibutuhkan. Dikatakan, penyebab parahnya defisit stok darah di UDD PMI Majalengka, lantaran kesadaran masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela tergolong minim. Hal ini bisa ditunjukkan dengan sedikitnya para pendonor sukarela yang datang ke UDD PMI Majalengka per harinya. Di samping itu, faktor ketakutan masyarakat dan kesalahan persepsi tentang donor darah, juga menjadi salah satu faktor minimnya pendonor sukarela di Majalengka. Padahal, menurutnya, menjadi pendonor itu selain merupakan perbuatan yang Insya Allah mendapat pahala, juga banyak manfaat lainnya dari segi medis. Pihaknya mengakui memang setiap hari kegiatan kunjungan ke sejumlah tempat dan acara untuk melayani pendonor sukarela lewat kegiatan baksos dan sejenisnya memang kerap dilakukan. Namun, hasil dari kegiatan tersebut dirasa belum optimal, karena peminat donor sukarela pada tempat-tempat yang didatangi itu sangat minim. “Pernah kita diundang untuk melayani kegiatan baksos donor darah di suatu pabrik besar yang karyawannya ada ribuan. Tapi seharian kita nongkrong di sana cuma dapet kurang dari 10 labu. Ironis kan,” keluhnya. Padahal, kata dia, logikanya di Kabupaten Majalengka ini ada ratusan bahkan ribuan instansi pemerintah maupun swasta. Jika pada instansi-instansi tersebut dirutinkan pegawai atau karyawannya menjadi pendonor sukarela dalam durasi 3 bulan sekali, pihaknya optimis jika defisit stok darah tersebut bisa teratasi, dan pasien yang membtuhkan darah bisa terlayani lebih optimal lagi. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait