“Inilah seting pendidikan global. Bahasa Inggris diajarkan, Bahasa Mandarin, Bahasa Indonesia. Karena perintah ilahi itu, agar bisa saling berkomunikasi satu sama lain,” tandasnya.
Pendidikan global di Mahad Al Zaytun itulah, refleksi dari Rahmatan Lil Alamin. Sehingga masyarakat tidak perlu mudah terpancing dan termakan isu menyesatkan.
“Pendidikan di sini global education sama dengan pendidikan internasional. Itulah rahmatan lil alamin. Ngomong rahmatan lil alamin baru dengar Bahasa Ibrani saja, macam-macam,” tegasnya.
Syekh Al Zaytun juga mengulas mengenai Ketuhanan Yang Mahasa adalah rumah bagi semua agama. Karena semua agama itu, mengimani Tuhan Yang Maha Suci.
BACA JUGA:Disbudpar Gelar Seminar Tari Topeng, Pahamkan Generasi Muda Seni dan Budaya Daerah
Kemudian perbedaan bahasa dalam menyebut Allah. Sebab, di Indonesia bisa berbeda satu sama lainnya. Termasuk masyarakat Sunda maupun Jawa.
“Orang Sunda ketika sambat kepada Allah, Duh Gusti. Yang kayak begitu kafir? Apa kata orang Jawa, Gusti Allah. Pahami Ketuhanan Yang Maha Esa seperti Bangsa Indonesia,” tegasnya.
Karena itu, Bangsa Indonesia harus bersyukur, karena punya dasar negara yakni Pancasila yang universal.
“Universal ini,b ukan milik kita yang katanya Islam saja. Agama apapun boleh hidup, sampai yang tidak bergama pun boleh hidup. Nilai ketuhanan itu, luar biasa,” tegasnya.
BACA JUGA:Pratama Arhan Ungguli Messi, Bakal Dikantongi? Lihat FIFA Head to Head Indonesia vs Argentina
Demikian penjelasan Syekh Panji Gumilang terkait penggunaan Bahasa Ibrani dan lainnya, saat menerima kunjungan Wagub Jabar, Uu Ruzhanul Ulum di Mahad Al Zaytun.