Sosok Hebat, Cerdas dan Sangat Terkenal, Tolak Dijadikan Calon Presiden, Siapa Dia?

Sabtu 10-06-2023,13:30 WIB
Editor : Asep Kurnia

RADARCIREBON.COM - Ada yang menarik dari tulisan penggiat media sosial Ridhazia. Tulisan tersebut menguak sosok hebat dan sangat terkenal tetapi tidak bersedia dijadikan calon presiden.

Tulisan yang diunggah melalui media sosial Facebook itu diberi judul 'Ogah Jadi Presiden'. Tulisan tersebut juga menyindir beberapa sosok yang tidak terkenal dan tidak ada prestasi tapi tetap ngotot ingin mencalonkan diri menjadi presiden.

Ridhazia mengawali tulisan dengan sindiran, jika di negeri ini antre yang ingin menjadi presiden. Apapun kapasitasnya bahkan tanpa popularitas. Terlebih miskin elektabilitas. 

Mereka, tulis Ridhazia, keliling Indonesia untuk menyapa rakyat, calon pemilih. "Senyam senyum. Sunas sinis pada calon lain. Pidato bak orator ulung. Puas ditepukin. Padahal peluangnya kecil," sindir Ridhazia.

BACA JUGA:Jadi Lumbung Padi Nasional, Jokowi Beri Tanda Kehormatan Satyalancana Wirakarya kepada Bupati Nina

BACA JUGA:Elkan Baggot - Sadil Gabung, Timnas Indonesia Siap Hadapi Palestina dan Messi DKK

Berbeda dengan Albert Einstein. Sang fisikawan ini malah menolak ketika diusulkan menjadi presiden Israel. 

2

Dia diusulkan pada pilihan Presiden Israel tahun 1952. Eenstein ditawari menjadi calon presiden oleh perdana menteri pertama sekaligus pendiri negara zionis, David Ben-Gurion. 

Albert Einstein sangat berpeluang menang jika ikut dalam pemilihan presiden tersebut. Karena, Einstein itu berdarah Yahudi dan juga cerdas. Kredibilitasnya pun melangit. Begitu pula popularitasnya bukan kaleng-kaleng.

Alih-alih berbasa-basi sebagaimana calon pemimpin negara yang ingin terpilih rakyat Israel, dia malah menolak dengan tegas. 

BACA JUGA:Mengenalkan Permainan Tradisional, Ibu Iriana Bermain Bersama Siswa SD

BACA JUGA:Ketika Mega Bintang Mudik ke Arab Saudi, Bikin Kacau Dunia Sepak Bola di Eropa

Bukan itu saja. Dia saat itu malah berbalik mengecam keras gerakan Zionis Israel. Dia menyebut Partai Israel yang ingin mengusungnya menjadi calon presiden itu, sama dengan Nazi. 

Tidak sampai di situ. Lebih jauh lagi, dia justru memprediksi kehancuran Israel. Pria penerima Nobel ini malah menyatakan muak dengan tindak kekerasan Israel atas Palestina. 

Penolakan menjadi calon presiden ini dianggap sebagai sikap obyektif tentang kekejaman Israel. 

Kategori :