Lagi, BTNGC Lepas Elang Ular

Kamis 16-01-2014,07:44 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CILIMUS - Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) kembali melakukan pelepasliaran satwa endemik Gunung Ciremai, seekor elang ular bido yang diberi nama Yurel, kemarin (15/1). Itu dilakukan setelah sukses melepas elang jawa bernama Si Lambo beberapa waktu lalu ke alam liar. Seperti pelepasliaran elang jawa, kali ini dilakukan di kaki Gunung Ciremai sebelah utara tepatnya di Blok Lambosir, Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus. Acara itu disaksikan sejumlah pegiat lingkungan seperti komunitas Raptor Indonesia (Rain), pelajar dan juga mahasiswa kehutanan. Yurel yang memiliki nama latin Spilornis Cheela dilepas dari sangkar besar yang selama ini menjadi tempat rehabilitasi sebagi tahap awal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan aslinya. Berbeda dengan elang jawa yang cukup lama untuk keluar dari sangkar. Elang ini tak perlu menunggu lama meninggalkan sangkar dan terbang ke alam bebas ketika tutup sangkar dibuka. Hanya dalam hitungan detik setelah jaring tirai dibuka, Yurel pun mengepakkan sayapnya menuju rerimbunan pepohonan Gunung Ciremai. Menurut Kepala BTNGC Dulhadi, awalnya Yurel adalah hewan piaraan salah satu warga di Kuningan yang kemudian oleh pemiliknya secara sukarela diserahkan untuk dilepasliarkan. Setelah menjalani masa rehabilitasi selama hampir empat tahun di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga Sukabumi dan dialihkan ke Lambosir selama satu bulan akhirnya Yurel pun dilepas ke alam bebas. Dulhadi mengatakan, pihakanya memberi nama Yurel sesuai dengan nama pemeliharanya dulu. Burung elang ular ini diserahkan oleh pemiliknya pada tahun 2008. Terpisah, menurut Ketua Rain Zaini Rakhman, proses rehabilitasi elang ular tidak jauh berbeda dengan si Lambo, yaitu dengan menempatkannya pada sangkar besar di tengah hutan yang menyerupai habitat aslinya. Cari ini sebagai upaya untuk mengembalikan sifat asli satwa tersebut saat di alam liar, sebagai pemangsa. \"Sesuai dengan namanya, kami melepas ular hidup sebagai makanan Yurel. Selain itu juga kami berikan tikus, tupai atau burung-burung kecil ke dalam sangkar untuk dimangsa oleh Elang Ular ini. Setelah dipastikan sifat liarnya kembali dan kondisi kesehatannya dinyatakan baik, maka hari ini kami lepas,\" terang Zaini. Diterangkannya, elang ular bido merupakan salah satu satwa endemik Gunung Ciremai yang kondisi populasinya juga terancam punah. Meski demikian, belum ada pendataan pasti terkait berapa jumlah populasi elang yang makanan utamanya ular ini. Namun menurut Zaini, keberadaan elang ular ini juga sudah sepantasnya mendapat perhatian khusus oleh semua pihak. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian burung elang, lanjut Zaini, adalah menetapkan kawasan Lambosir tersebut menjadi pusat rehablitasi. Program tersebut, kata dia, telah mendapat persetujuan dari BTNGC dan diupayakan secepatnya bisa terwujud. Pihaknya berharap, atas kesadaran warga yang mengetahui atau bahkan memelihara elang di rumah untuk menyerahkannya. Pihaknya siap melakukan rehabilitasi dan melepas kembali ke alam bebas. “Harus diingat, bukan hanya tugas kami untuk melestasrikan hewan yang terancam punah, namun semua warga. Dengan tetap lestari akan tercipata kesimbangan alam,” ucap dia lagi. Semenatara itu, upaya yang dilakukan oleh BTNGC bersama Rain patut diberikan apresiasi. Mereka tanpa lelah terus melakukan berbagai upaya pelestarian satwa liar yang hamper punah demi kesinambungan alam. (mus)

Tags :
Kategori :

Terkait