Setelah sampai di sana, diterima dengan baik oleh ketua. Acara lewat dari waktu yang ditetapkan.
Syekh menanyakan agenda apa. Mana agendanya? Yang hadir dalam acara ini, siapa saja? Karena tim, mana nama-nama tim itu.
Kita temukan, dan membetulkan surat. Ini nama bukan nama saya. Nama saya itu, di depannya ada AS atau Abdussalam Panji Gumilang. Dibetulkan nama itu.
Kita sampaikan, acara ini kami sepakati mendatangi undangan karena yang mengundang adalah ulil amri Jawa Barat. Dengan syarat tidak ada majelis ulama.
BACA JUGA:MAJALENGKA Siap-siap, Akibat Bandara Kertajati Beroperasi Ada 4 Dampak Ini, Apa Saja?
Kenapa? Karena majelis ulama telah memvonis sebelum tabayun. Setelah divonis, baru akan tabayun. Ini yang keluar dari akhlak Islam.
Umat Islam itu, tabayun dulu baru mengatakan sesuatu. Kemudian syekh bertanya, adakah majelis ulama di sini, kalau ada syekh tidak mau.
Dinyatakan tidak ada. Syekh percaya karena pimpinannya adalah Prof Dr KH Badruzaman. Kemudian masuk kepada kesepakatan.
Sebaiknya, saran syekh untuk tabayun seperti ini, akan lebih baik dan pasti baik kalau dilaksanakan di Kampus Al Zaytun. Tidak di gedung pemerintahan.
BACA JUGA:Kala Alumni Al Zaytun Buka Suara, Soal seperti Kapal Pesiar Besar: Sejak 2019 Kelihatan Berbeda
Kami tawarkan itu, disepakati untuk diadakan tabayun itu di kampus Al Zaytun. Supaya pertanyataan ada konteks.
Supaya tatkala menyampaikan bisa disesuaikan dengan lingkungan yang ada. Tidak ada maksud tidak menjawab.
Kemudian minta contoh, apa pertanyaannya itu. Supaya ketika berkembang ke mana-mana, nanti sesuai dengan pertanyaannya.
Kami sangat setuju dengan apa yang namanya tabayun itu, dengan pertanyaan apapun. Kami jawab. Andai harus ditanya tertulis, kita bisa.
BACA JUGA:Kemenag Tak Segan Beri Hukuman Administrasi Ponpes Al Zaytun Jika Terbukti Melanggar
Kita inginkan semua itu dijawab di kampus. Supaya memahami, ungkapan yang dipertanyakan itu untuk siapa.