Alasan lain para sopir truk memilih menggunakan jalur lama adalah khawatir mengenai gangguan yang mungkin terjadi di perjalanan.
“Kadang ada saja gangguan seperti pecah ban atau ada kerusakan mesin. Kalau di jalan umum bisa berhenti saja di pinggir. Kalau di tol susah cari pertolongan,” ungkapnya.
Di jalan umum, kata dia, tentu akan lebih mudah menemukan montir atau bengkel tambal ban. Beda dengan di dalam tol.
Kemudian, bisa berhenti di mana saja kalau sudah lelah mengemudi. Beda dengan di tol yang tidak bisa berhenti sembarangan.
BACA JUGA:5 Doa Akhir Tahun Hijriah Baca Setelah Salat Ashar Hari Ini, Insya Allah Mustajab
"Kaau di tol, biasanya harus nunggu teman dulu dan dari segi biaya juga lumayan kalau terjadi kerusakan saat melintas di jalan tol,” ungkapnya.
Tapi dirinya juga menambahkan kondisi tersebut juga tergantung pihak perusahaan. Kalau pihak manajemen perusahaan menyuruh untuk lewat tol, pasti sopir akan mengikuti.
"Tapi kalau tidak ada perintah dan tidak ada tambahan anggaran, kita lebih memilih akses jalan Nasional saja," tambahnya.
Sementara itu supir lainnya Andri Parman (34) menambahkan bahwa menurut dirinya melintas jalan arteri memang lebih ekonomis.
BACA JUGA:TERNYATA, Al Zaytun Masih Punya Dana Ratusan Miliar Meski Rekening Diblokir, PPATK Mengizinkan
Namun, terdapat kendalanya sepreti jalan rusak, macet atau ada perbaikan jalan. Tapi, kondisi tersebut sudah bukan hal aneh untuk sopir.
"Contohnya sebelum ada jalan Tol Cisumdawu, di daerah Sumedang seperti di daerah Cadas Pangeran, ini sering terjadi macet. Tapi sekarang sih sudah lancar, nggak seperti dulu,” ungkapnya.
Sebagai sopir, kata dia, tentu harus sangat fleksibel. Mereka akan mengikuti kebijakan dari perusahaan. Apakah harus lewat tol atau tidak.
Sementara itu, dari pantauan radarcirebon.com saat melintas di Tol Cisumdawu, memang tidak banyak kendaraan truk yang melintas.
Meski sesekali ada saja truk angkutan yang lewat di jalan tol tersebut baik ke arah Bandung maupun Majalengka.