Keraton Kacirebonan Gelar Rangkaian Tradisi 1 Sura

Senin 24-07-2023,13:30 WIB
Reporter : Khoirul Anwarudin
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Keraton Kacirebonan menjadi salah satu keraton yang konsisten dalam hal pelestarian adat dan tradisi. Seperti pada saat momentum satu Muharram 1445 Hijriyah lalu, Kasultanan Kacirebonan menggelar berbagai rangkaian kegiatan.

Di antaranya diawali ziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan doa bersama sebelum melaksanakan kegiatan inti. Kemudian pada Kamis (20/7/2023) pagi, Keraton Kacirebonan melakukan tradisi Jemasan yang menjadi salah satu tradisi yang dilakukan setiap tahun pada bulan Suro, atau Muharam.

Seluruh kegiatan tradisi yang digelar di Keraton Kacirebonan dipimpin langsung oleh Sultan IX Kacirebonan yakni Pangeran Raja Abdul Gani Natadiningrat.

"Adapun serangkaian kegiatan tradisi di Keraton Kacirebonan terdapat tradisi-tradisi. Di antaranya tradisi Doa Mubeng Keraton, Adzan Pitu dan kemudian tradisi pembasuhan gaman dan gamelan milik Keraton Kacirebonan," ungkap Pangeran Raja Abdul Ghani kepada Radar Cirebon.

BACA JUGA:Data dan Fakta Twin Tunnel Tol Cisumdawu, Bagian Tersulit, Miliki 5 Komponen Keamanan

BACA JUGA:MENGHITUNG HARI Tanggal Penting Bagi Mahad Al Zaytun dan Syekh Panji Gumilang di Tengah Kasus Hukum

Menurut Pangeran Raja Abdul Gani, tujuan dari digelarnya tradisi Jemasan adalah sebagai upaya agar benda-benda pusaka yang ada bisa terawat dan terlihat tetap dalam kondisi baik. Terutama agar mencegah korosi, karena sebagian besar bahan gamelan dan benda pusaka dari logam. Proses pembasuhan, dimulai dengan air bersih yang sudah diberi bunga 7 rupa, dan kemudian digosok tumbukan batu bata merah.

"Tradisi membasuh gaman dan gamelan ini merupakan tradisi untuk mencegah kerusakan dan merawat benda benda pusaka peninggalan di kesultanan Kacirebonan," jelasnya.

Dalam tradisi tersebut, tokoh adat dan pengelola keraton mengambil satu persatu benda peninggalan untuk dibersihkan, mulai dari gamelan pusaka denggung dan juga peninggalan gaman milik keraton, baik berupa keris golok  hingga pedang yang usianya sudah ratusan tahun.

Menurut Kepala Unit Kepurbalakaan Keraton Kacirebonan, Elang Iyan Ariffudin, gamelan pusaka denggung ini merupakan salah satu media syiar yang digunakan pada era wali songo dan berusia sekitar 400 tahun, dan dibunyikan hanya satu tahun sekali setelah dibersihkan melalui tradisi Jemasan.

BACA JUGA:Komisi I DPRD Kota Cirebon Perjuangan Nasib Honorer, Kawal Formasi PPPK

BACA JUGA:9 Merek Tertua di Indonesia, Ternyata Ada Sirup Legendaris dari Cirebon, Hebatnya Masih Eksis

"Selanjutnya, biasanya kami membunyikan gamelan pusaka sebagai simbolis, sebagai tanda bahwa gamelan ini masih eksis dan tetap kami lestarikan, " ungkap Elang Iyan.

Dalam tradisi jemasan itu juga, melibatkan Putra Mahkota Keraton Kacirebonan Elang Raja Kusuma Natadiningrat. Tujuannya, tak lain untuk memberi apresiasi terhadap adat tradisi Jemasan yang dilakukan secara turun temurun tersebut.

Kegiatan lainnya dengan menggelar upacara adat satu Muharam, dilanjutkan adzan pitu dan juga doa tahlil bersama di prabayaksa. Kemudian Kirab Mubeng membawa berbagai hasil bumi dan lainnya. Iring-iringan tumpeng, pembacaan doa awal tahun dan tolak bala bongkar tumpeng. Kemudian ditutup dengan pagelaran wayang kulit. (awr/opl)

BACA JUGA:GERCEP! Pelaku Jambret HP di Jl Sisingamangaraja Ditangkap Polres Cirebon Kota, Hanya 12 Jam Saja

Kategori :