Pemerintah hanya mempromosikan bandara, tetapi abai untuk mengembangkan dan mempromosikan potensi wilayah sekitarnya.
Jadi yang terjadi sekarang ini, bandara hanya memfasilitasi warga sekitar Kertajati untuk keluar. Tidak memberi daya tarik bagi warga luar untuk datang.
“Persis seperti pemerintah membuka puluhan bandara internasional tanpa promosikan daerah sekitar bandara tersebut di luar negeri,” tandasnya.
Lagi-lagi, sambung Alvin, keberadaan bandara internasional bukannya menjadi pintu gerbang masuk turis dari luar.
BACA JUGA:Demo Pedagang Pasar Junjang Tidak Berpengaruh untuk PT Dumib, Kasmira: Tetep Berjalan!
Tetapi malah menjadi pintu gerbang untuk warga dari wilayah Indonesia bepergian keluar negeri. Alhasil, mayoritas pengguna bandara internasional adalah pemegang paspor RI.
Bahkan di sebagian bandara tersebut, penggunanya 70 sampai dengan 90 persen adalah pemegang paspor RI yang berbondong-bondong ke Singapura dan Malaysia.
Yang terjadi bukan sebaliknya yakni warga Malaysia, Singapura dan negara lain yang datang ke Indonesia.
Seperti diketahui, saat ini Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka baru melayani 3 rute penerbangan.
BACA JUGA:WOW! Bupati Nina Agustina yang Sedang Berseteru dengan Panji Gumilang Ini, Ternyata Tajir Melintir
Untuk 2 penerbangan reguler yang sudah berjalan adalah Kuala Lumpur – Kertajati yang diyalani oleh Maskapai AirAsia dengan frekuensi 2 kali seminggu, setiap hari Rabu dan Minggu.
Sedangkan mulai 6, Agustus 2023, Garuda Indonesia akan membuka penerbangan rutin Kertajati – Jeddah dengan frekuensi penerbangan 1 minggu sekali.
Rencananya, penataan rute akan dilakukan antara Bandara Husein Sastranegara dan Bandara Kertajati dengan target pada Oktober 2023 nanti.