Koperasi Pondok Pesantren Masih Minim

Sabtu 25-01-2014,10:59 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KUNINGAN – Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) di Kuningan rupanya masih minim. Dari data yang diperoleh Radar, baru terdapat 34 koperasi saja yang sudah berdiri. Padahal jumlah pondok pesantren di Kuningan mencapai sekitar 300 pesantren. Kepala Dinkop dan UKM Drs Dadi Haryadi MSi didampingi Kabid Kelembagaan Koperasi Ir Bambang Wahyudi menyebutkan, sampai saat ini baru ada 34 kopontren di Kuningan. Bahkan dari puluhan kopontren itu, hanya 6 yang dinyatakan sehat. “Padahal kami berharap, kopontren ini menjamur sesuai dengan jumlah pontren yang ada. Karena pontren lebih dekat dengan masyarakat. Selain menjadi wahana pembinaan keagamaan, keberadaan kopontren bisa menjadi wahana pembinaan umat lebih simultan dalam kehidupan keduniawian,” kata Dadi kemarin (24/1). Ke depan, pesantren bakal lebih disentuh lagi untuk urusan perkoperasian. Yang telah dilakukan, penyuluhan life skill bagi kalangan santri. Dengan sentuhan tersebut diharapkan nanti tumbuh koperasi-koperasi baru berbasis pesantren. Semangat tersebut akan digelorakan terus oleh Dadi. Bahkan dalam RAT, Kopontren Al Misbah di Kalimanggis Wetan, Kecamatan Kalimanggis, dirinya bertekad untuk mendorong perkembangan kopontren. “Besok (hari ini, red) saya akan menghadiri pembukaan RAT Kopontren Al-Misbah. Kopontren tersebut masuk klasifikasi sehat. Asetnya sudah Rp4 miliar dengan keanggotaan yang cukup banyak,” kata Dadi. Kopontren Al Misbah pun, lanjut dia, sudah memiliki bangunan kantor. Keanggotaannya diharapkan bisa merambah ke ibu-ibu majelis taklim, pengurus DKM dan elemen masyarakat lainnya sehingga lebih besar lagi. “Besok (hari ini, red) pun ada RAT Koperasi Dinkes. Karena saya ke Kalimanggis, maka untuk RAT Koperasi Dinkes akan dihadiri Pak Sekdis,” ucapnya. Lebih jauh, Dadi menyebutkan, bahwa koperasi yang ada di Kuningan kini mencapai 532 buah. Dari ratusan koperasi tersebut, hanya terdapat 300-an koperasi yang masuk klasifikasi sehat. Bagi koperasi yang berklasifikasi tidak sehat, pihaknya terus melakukan pembinaan. “Perlu dilakukan pembinaan dan diarahkan ke akses-akses peluang usaha sesuai dengan potensi di lingkup koperasinya masing-masing,” kata dia. Koperasi yang tidak sehat memiliki indikator dalam sistem pengelolaan yang belum berstandar manajemen. Aset yang dimilikinya pun masih terbatas dengan partisipasi keanggotaan yang rendah. (ded)

Tags :
Kategori :

Terkait