Dahlan Acungi Jempol Aji Santoso

Senin 27-01-2014,12:27 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MALANG – Pagi kemarin, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengunjungi ASIFA (Aji Santoso International Football Academy) yang didirikan salah satu legenda Arema dan Timnas Indonesia, Aji Santoso di Kelurahan Mojolangu, Kota Malang. DI begitu akrab disapa, memberikan acungan jempol atas niat tinggi Aji dalam upaya mewujudkan niatan melahirkan pemain sepak bola nasional berkualitas lewat akademi miliknya. Kepada wartawan, DI mengisahkan, kira-kira seminggu yang lalu, Aji menelponnya, dan memberitahukan jika sedang mendirikan akademi sepak bola bertaraf internasional. Dia kaget dan tidak menyangka dengan niat dan kesungguhan Aji. Pasalnya, selama ini tidak ada pihak yang punya perhatian kesana, yang banyak hanyalah mendirikan sekolah sepak bola biasa. ”Niatan itu tidak bisa jadi, jika tidak ada satu orang yang passion-nya disitu. Sebab untuk mendirikan akademi ini tidak bisa diintruksikan, tidak bisa dinotadinaskan, tidak bisa ramai-ramai. Butuh orang yang seluruh hatinya disitu. Ini seperti orang mendirikan pesantren, tidak SK, tidak ada pemilihannya. Jadi, Aji ini nantinya akan jadi kyai-nya sepak bola,” terang Dahlan. Pak Menteri mengaku saat dirinya masih aktif di sepak bola, dengan pernah membawa Persebaya ke tingkat internasional. Prestasi itu semuanya juga didukung dengan mendirikan sekolah sepak bola seperti akademi yang dibangun sungguh-sungguh. Dalam kunjungan ke Aji, Dahlan membawa beberapa dirut BUMN, dengan harapan bisa membantu program yang disusun Aji, karena Aji mengaku perlu support. Diantaranya, Direktur WK yang tercatat perusahaan kontraktor, Dirut PT Pupuk Indonesia dan Dirut Petro Kimia. Dahlan menyebut, mereka ini dulunya para pelaku sepak bola, namun kini sudah insyaf. ”Ini langkah yang paling konkrit, saya ikut yang kerja kerja kerja. Aji kan baru mulai, tetapi karena dia punya reputasi sehingga orang percaya. Biasanya sesuatu yang baru mulai itu sulit dipercaya. Namun, yang ikut seleksi ASIFA sampai 600 anak,” terang Dahlan. Mantan Dirut PLN ini lantas mengisahkan, dirinya memutuskan berhenti dari sepak bola karena memiliki beberapa dasar. Diantaranya, dia berprinsip nanti kalau pendapatan per kapita di Indonesia sudah 3.500, nanti sepak bola akan maju dengan sendirinya. Kala itu, pendapatan per kapita baru 600. Jadi, Dahlan yakin, sepak bola Indonesia ini mau diurus bagaimanapun caranya, masih tidak akan maju. Kala itu, Malaysia sudah meraih pendapatan per kapira di angka 3500. “Setelah meninggalkan sepak bola, saya lupa, tiba-tiba pendapatan per kapita Indonesia saat ini sudah 4.500. Karena itu Aji sudah tepat, antara dukungan passion, karir, eksistensi Aji dan suasana ekonomi, jadi itu semua sudah mendukung. Dukungan ekonomi juga sudah sangat kuat. Jika masih belum maju, yang salah itu tidak ada akademi, Aji sudah membenarkannya, dengan membangun akademi yang memang sumbernya harus seperti ini,” puji Dahlan. Dahlan juga berpesan kepada Aji untuk eksis betul minimal perlu empat tahun, selama empat tahun itu, tantangan bagi Aji untuk betul-betul sepenuh hati atau tidak mengurus akademi ini. Kalau tidak sepenuh hati, maka ASIFA tidak akan berkembang. Ditambah lagi, kalau Aji kemudian sudah tergoda untuk terjun ke dunia politik. Misalnya, kemudian jadi caleg (calon legislatif), jadi tim sukses, atau jadi dukung sana dukung sini. ’’Saya kesini, saya tidak minta dukungan dia (Aji, red). Sebab, itu buruk bagi dia, saya datang karena ditelpon, apa yang bisa dikerjakan, inilah untuk memajukan sepak bola yang paling nyata. Karena saya tahu itu godaan bagi dia,” pungkasnya. (poy)

Tags :
Kategori :

Terkait