SURABAYA - Tertinggal 0-2 oleh tim putra Jaya Raya Jakarta tidak membuat Musica Flypower Champion Kudus kehabisan asa di final Djarum Superliga Badminton 2014 kemarin (9/2). Sorakan 4.000 penonton yang memadati DBL Arena Surabaya sukses membangkitkan semangat juang Simon Santoso dkk. Musica akhirnya berbalik unggul 3-2 dan memastikan trofi Djarum Superliga Badminton tetap menjadi miliknya. Mereka pun memupus harapan publik pencinta bulu tangkis Indonesia yang mengharapkan lahirnya juara baru di Superliga. Sebaliknya, mereka mematahkan mitos bahwa di kejuaraan ini tidak ada tim yang bisa menjadi juara secara back-to-back. \"Kalau memang harus juara, selalu ada jalannya sendiri,\" ucap bos Musica, Effendy Widjaja. Wajar jika Effendy tampak semringah. Sebab, sejatinya Musica salah menerapkan strategi di final. Effendy bilang sudah memprediksi bahwa timnya bakal tertinggal dua angka terlebih dahulu. Itu tak lepas dari kekuatan Jaya Raya yang tak bisa digoyahkan di tunggal pertama dan ganda kedua. Tapi, dia salah memasukkan nama dalam order of play di sektor ganda kedua. Nama yang disiapkan adalah Rian Agung Saputro berpasangan dengan Ricky Karanda. Namun, yang ditulis justru nama Rian dan Wahyu Nayaka. Wahyu sejatinya disiapkan untuk bermain duet dengan Vladimir Ivanov. Ivanov pun berduet dengan Hardiyanto. Duet dadakan itu tampil mengejutkan dengan mengalahkan duet Jaya Raya Bona Septano/Gideon M Fernaldi dalam pertandingan yang menentukan. Namun, kemenangan kemarin juga tak lepas dari gemilangnya penampilan Simon Santoso. Dipasrahi tanggung jawab sebagai tunggal kedua saat timnya tertinggal dua angka tidak membuat dia keder. Simon bermain sempurna dengan mengalahkan Nguyen Tien Minh dari Vietnam lewat straight game dengan hasil 21-16 dan 21-18 dalam waktu 50 menit. \"Saya sudah ngobrol dengan Simon sebagai tunggal kedua. Saya bilang ke dia: Kamu siap nggak memulai saat kita tertinggal? Dia bilang ke saya siap. Dan ternyata dia membuktikan di lapangan,\" ungkap Effendy. Meski ada sedikit kesalahan strategi di sektor ganda, sejatinya taktik Musica mengutak-atik komposisi pemain di nomor tunggal juga patut diacungi jempol. Tanpa Lee Chong Wei yang urung datang, mereka harus berimprovisasi. Tahu bahwa tunggal pertama Jaya Raya bakal sulit dikalahkan, Effendy memasang Alamsyah Yunus sebagai pembuka jalan. Sementara bintang gaek Korea Selatan Lee Hyun-il dipasang sebagai pemungkas. Strategi itu mulus. Alamsyah memang menyerah dengan hasil 16-21 dan 16-21 kepada Kenichi Tago. Tapi, Simon, Ivanov/Hardiyanto, dan Hyun-il sukses mendulang angka buat Musica. \"Saya sengaja memasang Alamsyah Yunus dan Simon Santoso untuk tunggal. Karena tahu tunggal Jaya Raya (menurunkan pemain) asing. Tujuannya untuk mendapatkan simpati masyarakat Surabaya dan Indonesia,\" tutur Effendy. Simon menimpali, dengan komposisi pemain yang lebih acak, kekuatan Musica justru tidak terbaca. Faktor lain yang membuat Musica merebut piala kedua adalah sorakan suporter yang luar biasa. Simon mengucapkan terima kasih yang luar biasa untuk penonton Surabaya yang \"gila\" dalam mendukung timnya. Sementara itu, kekecewaan tim Jaya Raya tampak jelas. Mereka gagal menyandingkan gelar dengan tim putri. Padahal, tim yang bermarkas di kawasan Ragunan itu sudah cukup dekat dengan gelar. Yakni ketika ganda kedua Bona/Gideon bertarung ketat dengan Ivanov/Hardiyanto dalam tiga game. Sayang, mereka gagal mempertahankan keunggulan yang sudah didapat pada game kedua. Di sisi lain, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf yang hadir di barisan VIP kemarin menilai gelaran Djarum Superliga Badminton kali ini lebih semarak daripada tahun lalu. Bahkan, Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf, mengharapkan tahun depan Djarum Superliga Badminton kembali digelar di Surabaya. Gus Ipul tak lupa memberikan apresiasi kepada Hi-Qua Wima sebagai wakil Kota Pahlawan di Djarum Superliga kali ini. Dengan barisan pemain lokal seluruhnya, Hi-Qua Wima bisa mencapai posisi ketiga. Kemarin pada perebutan tempat ketiga, tim asuhan Ferry Stewart itu menjinakkan Unisys Jepang 3-2. \"Arek-arek Suroboyo menunjukkan bahwa mereka memang punya atensi yang luar biasa pada bidang apa pun. Olahraga termasuk salah satunya. Masyarakat Surabaya memang luar biasa,\" ucap Gus Ipul. Manajer Wima Ferry Stewart sangat bangga dengan perolehan anak asuhnya. \"Jujur, saya awalnya ragu ketika memutuskan mengikuti turnamen ini. Sebab, persiapan kami hanya sekitar dua minggu,\" papar pria yang juga pendiri Wima tersebut. \"Meraih peringkat ketiga dengan mengalahkan salah satu tim kuat seperti Unisys melebihi ekspektasi kami semua,\" tutur Ferry. (dra/apu/c11/na) Hasil Superliga Kemarin (9/2) Final Jaya Raya Jakarta v Musica Champion 2-3 Kenichi Tago v Alamsyah Yunus 21-16, 21-16 Hendra Setiawan/Markis Kido v Rian Agung /Wahyu Nayaka 21-11, 10-21, 21-17 Nguyen Tien Minh v Simon Santoso 16-21, 18-21 Bona Septano/Gideon Fernaldi v Vladimir Ivanov/Hardiyanto 17-21, 21-14, 17-21 Wisnu Yuli Prasetyo v Lee Hyun Il 10-21, 13-21 Perebutan Tempat Ketiga Unisys Jepang v Hi-Qua Wima Surabaya 2-3 Kasumasa Sakai v Arief Gifar Ramadhan 21-9, 21-14 Takuto Inoue v Fauzi Adnan 8-21, 15-21 K Hayakawa/K.Kasuno v Ronald Alexander/Risky Hidayat 21-16, 21-17 Yusuke Onodera v Febryan Irvannaldy 18-21, 19-21 Takuto Inoue/Yuki Kaneko v Ade Yusuf/Selvanus Geh 18-21, 22-24
Salah Strategi, Musica Juara
Senin 10-02-2014,10:17 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :