Relawan Demokrasi Dapat SK

Sabtu 15-02-2014,11:43 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAJALENGKA – Relawan demokrasi (relasi) yang dibentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membantu mengajak masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 9 April mendatang, baru dibagikan SK pengangkatannya oleh KPU, Jumat (14/2). Padahal, sejatinya relasi sudah mulai bekerja menjadi marketing untuk memasarkan produk pemilu kepada masyarakat pemilih, terhitung sejak 1 Januari 2014 lalu. Dengan demikian, pengangkatan relasi yang tidak sesuai jadwal semula ini dikhawatirkan tidak akan maksimal dalam menyosialisasikan pemilu, mengingat sisa waktu jelang hari pemungutan suara tersisa 50 harian lagi. Meski demikian, Anggota KPU Divisi Sosialisasi Cecep Jamaksari SIP menilai jika pemberian SK yang baru dilakukan ini hanya sebuah pelengkap saja, untuk menguatkan keberadaan dan status dari para personel relasi ini. \"Sebetulnya nggak begitu dipermasalahkan, mau diberikan SK-nya sekarang atau dari dulu, juga nggak begitu ngaruh. Karena toh sebagian besar dari mereka sudah ada yang mulai bergerak sejak pertama kali diterima jadi relawan. Yang penting action-nya, bukan SK-nya. Toh walaupun belum megang SK, mereka tetap diakui sebagai relawan yang sah,\" tegasnya. Di samping penyerahan SK kepada relasi, pihaknya juga memberikan pembekalan terhadap 25 personel relasi ini, tentang tupoksi mereka serta hak dan kewajiban mereka selama menjadi mitra kerja KPU pada pelaksanaan sosialisasi pemilu. \"Tugas inti relasi adalah menyebarluaskan tentang pentingnya demokrasi, pemilu, partisipasi masyarakat dalam pemilu. Menjelaskan tata cara pemberian suara, pengenalan peserta pemilu dan lain sebagainya. Dengan muara tujuannya, membantu mendongkrak partisipasi pemilih sebanyak-banyaknya dalam pemilu nanti,\" ujarnya. Dalam melakukan tugasnya, kata Cecep, relasi diberikan ruang kebebasan dalam menyampaikan “metode pemasaran” produk pemilu legislatif (pileg) kepada masyarakat sesuai segmennya, yang penting bisa mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat guna datang ke TPS di hari H pemungutan suara pileg. “Metodenya kita serahkan ke mereka mau seperti apa. Sesuai kemampuan dan kapasitas mereka. Misalnya, yang punya skill mainkan gitar dan sering manggung, silakan sisipkan kampanye ajakan mencoblos ke TPS. Yang punya komunitas diskusi di organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan, silakan sisipkan ajakan mencoblos di sela diskusinya,” ujarnya. Yang jelas, kata dia, selama menjalankan tugasnya, relasi dituntut untuk menjaring dan mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat dari segmen garapannya, agar mengetahui pentingnya menyalurkan suara pada pemilu mendatang, dan mendorong masyarakat agar mau datang ke TPS. Menurutnya, semua stakeholder penyelenggara pemilu, termasuk KPU dan relasi di dalamnya, dibebani target untuk bisa meningkatkan angka partisipasi pemilih pada pileg mendatang. Oleh karenanya, dibutuhkan kerja lebih ekstra untuk mencapai targetan ini. Dia menambahkan, relasi yang seluruhnya berjumlah 25 orang, terdiri dari lima lingkup komunitas yang masing-masingnya akan diisi oleh lima orang personel. Lima lingkup komunitas itu melitupi komunits pemilih pemula, komunitas pemilih perempuan, komunitas masyarakat pinggiran, komunitas pemilih difabel, dan komunitas pemilih lainnya. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait