Meski sekadar nongkrong, namun ramainya Cirebon Mall oleh pengunjung, membuat warga betah berlama-lama menghabiskan waktu hingga malam hari.
Didi, salah seorang warga Kasepuhan, merasakan masa keemasan Cirebon Mall saat dirinya masih sekolah.
Pria yang menempuh pendidikan kejuruan di Taman Siswa (Tamsis) ini, merasakan betul sesaknya Cirebon Mall pada hari libur oleh pengunjung.
"Waktu itu, orang-orang nyebutnya Hero bukan Cirebon Mall," ucap Didi.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Sedot Atensi Pemain Keturunan, Efek Piala Asia 2023?
Dijelaskan Didi, keberadaan Cirebon Mall pada waktu itu tidak berbeda dengan mal-mal yang ada saat ini.
"Mungkin waktu itu cuma ada Hero dan Balong (Balong Indah Plaza) yang menjadi tujuan," ucap pria yang lulus dari Tamsis di tahun 1994 ini.
Selain itu, sebut Didi, mal tersebut menjadi tempat berkumpulnya anak-anak Tamsis jika jam pelajaran kosong.
Tamsis yang waktu itu masih memberlakukan sekolah siang, para siswa akan menghabiskan waktu di mal hingga jam pulang sekolah jika ada guru yang berhalangan hadir.
"Kalau kebetulan guru berhalangan mengajar, anak-anak (Tamsis) pasti main ke Hero," ungkap Didi.
Dijelaskan lebih lanjut, beberapa tenant yang mengisi Cirebon Mall, menurut Didi, semuanya nyaris ramai oleh pengunjung.
Tidak hanya supermarket atau swalayan yang menjadi tujuan pengunjung. Mereka datang khusus untuk menuju gerai yang ada di Cirebon Mall.
"Waktu zaman saya, toko kaset bonanza yang menjadi favorit," jelas Didi.
BACA JUGA:Larangan Menanam Labu Hitam di Desa Suranenggala, Begini Sejarahnya
Selain itu, beberapa tenant yang menyajikan makanan dan minuman, juga menjadi buruan anak muda pada waktu itu.