Merupakan sebuah tradisi pada zaman dahulu, jika ada perempuan cantik dan sakti, calon suaminya harus memiliki kesaktian yang sebanding atau mampu mengalahkannya.
Hal tersebut terjadi saat Nyi Mas Baduran akan dinikahkan, Mbah Kuwu Cerbon selaku guru, mencari calon suaminya lewat sayembara.
Dari sekian banyak Ki Gede yang mengikuti sayembara, hanya Ki Gede Suranenggala yang mampu mengalahkan kesaktian Nyi Mas Baduran.
Setelah resmi dinikahkan oleh Mbah Kuwu Cerbon, Nyi Mas Baduran dibawa oleh Ki Gede Suranenggala ke pedukuhan yang terletak di sebelah utara.
BACA JUGA:Tanaman Ini Dilarang di Desa Slangit, Dilanggar, Satu Desa Kena Sial
Pedukuhan tersebut kini bernama Suranenggala, nama yang diabadikan oleh warga setempat dari Ki Gede Suranenggala.
Dikutip dari wikipedia, pada tahun 1563 datanglah tentara Demak yang di pimpin oleh Fatahillah, ke wilayah Baduran
Kedatangan Fatahillah bersama puluhan ribu pasukannya, hendak mengusir tentara Portugis dari Batavia.
Penyerangan yang dilakukan pasukan Demak sukses, Portugis berhasil diusir dari Batavia yang sekarang dikenal dengan sebutan Jakarta.
BACA JUGA:Sejarah Desa Slangit, Hutan Angker dan Larangan Menjual Nasi
Usai melakukan peperangan tersebut, banyak dari pasukan tentara Demak, memilih tinggal di pedukuhan Baduran.
Lambat laun, pedukuhan tersebut berkembang menjadi ramai oleh penduduk.
Pada tahun 1565, Baduran resmi menjadi sebuah desa yang dikepalai oleh seorang kepala desa yaitu Kuwu Wertu.
Kemudian pada tahun 1576, wilayah Baduran dinaikan statusnya menjadi Pademangan dengan seorang Demang Pangeran Jaya Lelana yang bergelar Adipati Suranenggala.
BACA JUGA:Sejarah Desa Rawagatel, Balong Beracun yang Berhasil 'Disembuhkan'
Kemudian pada tahun 1782, Keraton Cirebon kekuasaannya sudah lemah, wilayahnya sedikit demi sedikit dikuasai oleh pihak Belanda atau VOC.