KUNINGAN – KONI Kabupaten Kuningan rupanya tak sejalan dengan Kapolres Kuningan, AKBP Harry Kurniawan SIK. Jika Kapolres siap mengamankan pertandingan El Clasico Indonesia antara Persib Bandung versus Persija Jakarta di Stadion Mashud Wisnusaputra, Kuningan, KONI justru sebaliknya. Organisasi olahraga di Kota Kuda tersebut dengan tegas menolak pertandingan yang akan digelar besok (22/2) tersebut. Alasan penolakan karena dikhawatirkan terjadi tindakan anarkis suporter. Bukan hanya stadion, KONI takut fasilitas di sekitar juga bisa terkena dampak pengrusakan. Ketua Kuningan Drs H Didi Sutardi MM menjelaskan bahwa pertandingan Persib versus Persija merupakan pertandingan sarat gengsi dan pastinya banyak ditonton. Untuk pertandingan juga harus di stadion berkapasitas tempat duduk yang sangat banyak. “Harus diingat, kapasitas Stadion Mashud itu hanya bisa menampung 8.000-9.000 penonton. Sedangkan pendukung Persib sekali main di Stadion Si Jalak Harupat minimal 40 ribuan orang. Jadi, kebayang tidak mungkin dilaksanakan di Kuningan karena sangat berisiko,” katanya, kemarin (20/2). Ditambahkan Didi, jangankan pertandingan Persib versus Persija. Pertandingan Persita Tangerang melawan Persija pada ISL musim lalu saja tidak digelar di Mashud. Padahal, Persita musim lalu bermarkas di Mashud. “Logikanya, ketika usulan Persita versus Persija tahun lalu itu, kami langsung membuat surat penolakan yang ditunjukan kepada KONI Jabar, PSSI Jabar, Polres, PSSI Kuningan dan juga Bupati Kuningan,” jelas Didi. Dia yakin meski belum ada jawaban dari bupati, namun pertandingan El Clasico tidak akan diberi izin oleh Pemkab Kuningan. Bahkan, sekalipun itu tanpa penonton karena ada atau tidak ada penonton, tetap banyak risiko. “Saya sendiri baru mengetahui ada rencana pertandingan dialihkan ke Kuningan setelah baca berita di berbagai media. Makanya, kaget dengan informasi itu,” urainya. Didi menyebut, Pelatih Pesik Kuningan Ade Lesamana sudah menghubungi dua asisten Persib, yakni Heri Setiawan dan Asep Sumantri. Namun, jawaban mereka berdua belum pasti karena masih menunggu keputusan dan masih mengusahkan bisa bermain di Si Jalak Harupat. “Bukan tidak mendukung sepak bola, tapi ini pertandingan yang rawan. Jadi, harus benar-benar memberikan keputusan,” jelasnya. Terpisah, Bupati Kuningan Hj Utje CH Suganda melalui Kabag Humas Setda Asep Budi Setiawan yang dihubungi via pesan singkat belum ada jawaban. Sementara itu, informasi akan dipindahkannya pertandingan Persib versus Persija ke Kuningan membuat banyak warga yang datang ke stadion. Mereka ingin mengetahui pasti dan memesan tiket jika ada yang menjual. “Saya membaca di koran Radar Cirebon bahwa pertandingan diusulkan untuk dipindah ke Kuningan. Makanya kesini. Pas nanya, tidak ada yang mengetahui pasti,” ujar Nanang Kusnadar, warga Desa Ancaran, Kuningan. Bukan hanya Nanang. Ternyata banyak Bobotoh yang dating ke Mashud. Tapi, mereka juga tidak mendapat jawaban yang pasti mengenai pertandingan Persib versus Persija. Ade, salah seorang warga Kuningan yang berkerja sebagai security di sebuah bank swasta setuju dengan langkah yang diambil oleh pihak KONI. Menurut dia, akan banyak hal negatif yang diperoleh kalau Persib dan Persija main di Kuningan. “Kalau mereka tiba-tiba merusak mesin ATM, siapa yang tanggungjawab? Dengan jumlah penonton yang banyak tentu pengawasan akan longgar,” jelasnya. Jika dilihat dari sejarah, penolakan yang dilakukan KONI Kuningan sangat wajar. Sebab, kejadian kerusakan ketika laga leg kedua babak 16 besar Coppa Dji Sam Soe 2009 lalu antara Persebaya Surabaya dan Persitara Jakarta Utara berakhir ricuh di Stadion Mashud Kuningan. Saat itu, Persitara Jakarta mampu menumbangkan Persebaya secara dramatis 4-1. Banyak warga yang menjadi korban. (mus) Foto: agus mustawan/Radar Kuningan TOLAK DENGAN TEGAS. Pengurus KONI Kuningan menolak Stadion Mashud Wisnusaputra dijadikan venue antara Persib Bandung versus Persija Jakarta karena banyak risiko.
KONI Kuningan Tolak El Clasico
Jumat 21-02-2014,09:20 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :