BANDUNG, RADARCIREBON.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin mengungkapkan dalam menurunkan wabah demam berdarah dengue (DBD), pihaknya akan lebih masif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di kabupaten/kota se-Jabar.
"PSN akan lebih masif lagi dan 3M plus. Saya meminta kepada seluruh kepala daerah kabupaten/kota untuk lebih turun ke lapangan bersama-sama menyelesaikan gerakan ini," kata Bey Machmudin saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin 25 Maret 2024.
Bey mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar telah menyiapkan alat NS-1, yakni pendeteksi pasien DBD secara cepat.
BACA JUGA:Kapolri: Mudik Tahun 2024 Meningkat 56 Persen Dibanding 2023
BACA JUGA:Efek Aturan Baru, PBB dan BPHTB di Kota Cirebon Naik Signifikan
BACA JUGA:Polri Petakan Jalan Rusak dan Rawan Laka di Jalur Arus Mudik Lebaran 2024
"Disiapkan NS-1, alat yang dapat mengetahui secara cepat apakah seseorang itu DBD atau tidak," ujarnya.
Berdasarkan data 25 Maret 2024 di Jabar terdapat 11.729 orang terkena DBD dan 105 meninggal dunia, dengan wilayah yang banyak terdampak, yakni Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bogor.
BACA JUGA:Tim SAR Gabungan Masih Mencari Satu Orang Tertimbun Longsor di Kabupaten Bogor
BACA JUGA:Energi Negatif Setan Budeg, Paling Besar Ada di Lokasi Ini
BACA JUGA:Turut Menjaga Kelestarian Bumi, Cordela Hotel Lakukan Hal Ini Selama 60 Menit
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementeriaan Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, Jabar menjadi yang utama dalam pencegahan DBD karena memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
Pihaknya telah mengalokasikan beberapa logistik untuk Pemdaprov Jabar, yakni NS-1, larvasida (bubuk Abate), insektisida, dan lainnya.
BACA JUGA:4 Meninggal Dunia, Kecelakaan Mobil Pikap di Indramayu Mengangkut Rombongan Pengajian
BACA JUGA:Pencarian Korban Tertimbun Longsor Cikijing, BPBD Kuningan Suplai Air
BACA JUGA:20 Hari Berlalu, Begini Update Pencarian Korban Longsor Jalan Nasional Majalengka - Kuningan
"Untuk Jabar menjadi yang utama, penduduk paling banyak dan risiko paling tinggi karena padat penduduk. Jadi memang kita harus mitigasi," kata Imran. (*)