CIREBON, RADARCIREBON.COM – dr Sudarsono seorang dokter, kepala rumah sakit, menteri, sekaligus pejuang kemerdekaan.
Namanya begitu harum dan dikenang di Cirebon hingga diabadikan sebagai nama jalan di Kota Cirebon.
Yaitu, jalan yang membentang dari simpang empat lampu mereh Jalan Dr Cipto Mangunkusumo hingga ke simpang tiga lampu merah Kesambi. Atau di samping RSD Gunung Jati Cirebon.
Sudarsono bukan asli Cirebon. Dia lahir di Salatiga pada 9 Mei 1911 dengan nama lengkap Sudarsono Mangoenadikoesoemo.
BACA JUGA:Miniatur Burung Garuda IKN Hadir di Kabupaten Kuningan, Ini Penampakannya
BACA JUGA:Beri Keistimewaan, BRI Hadirkan Program Spesial MDR 0 Persen Bagi Merchant
Setelah lulus sekolah tinggi kedokteran di Jakarta pada tahun 1938 dia kemudian menekuni profesi sebagai dokter di Jakarta lalu Ciamis.
Saat di Ciamis, putra sulungnya yakni Juwono Sudarsono, lahir. Kelak, Juwono Sudarsono adalah akademisi sekaligus politisi dan pernah menjabat sebagai menteri.
Pada masa Jepang, dr Sudarsono diangkat menjadi kepala Rumah Sakit Kesambi (kini RSD Gunung Jati Cirebon).
Selama di Cirebon dokter sekaligus pejuang kemerdekaan ini aktif dalam organisasi PUTERA dan terlibat dalam gerakan bawah tanah pemuda pimpinan Sutan Syahrir.
BACA JUGA:Proklamasi di Cirebon Lebih Dulu dari Jakarta, Bukan Oleh Soekarno-Hatta
BACA JUGA:Momentum Sertijab Kepala BPK Jabar, Kolaborasi Erat untuk Tata Kelola Keuangan Berkualitas
Sudarsono orang kepercayaan Syahrir. Perannya sangat penting untuk mengkoordinasi gerakan pemuda di Cirebon.
Sudarsono juga menerima instruksi untuk membacakan teks proklamasi versi Syahrir di Cirebon pada 15 Agustus 1945. Setelah itu dia menjadi buruan militer Jepang.
Pada 15 Agustus 1945 di simpang empat dekat Alun-alun Kejaksan, Cirebon, sejumlah orang terdiri dari masyarakat dan tokoh dan pejuang kemerdekaan berkumpul.