JUBA - Peta Benua Afrika segera berubah. Komisi Referendum Sudan Selatan (SSRC) mengumumkan hasil awal penetapan nasib rakyat Sudan yang digelar selama sepekan pada minggu kedua Januari. Hasilnya, nyaris 99 persen warga Sudan Selatan memilih merdeka. Mereka mantap memisahkan diri dari utara. ”Terberkatilah negeri ini, Sudan Selatan,” tandas Uskup Agung Episkopalia Daniel Deng seperti dikutip Agence France-Presse, kemarin. Pernyataan itu dia sampaikan saat memimpin misa di kawasan selatan Kota Juba yang dihadiri Wakil Presiden Sudan Salva Kiir. Deng mengatakan bahwa perjuangan dan pengorbanan para pemimpin Sudan Selatan tidak sia-sia. Sebab, setelah 55 tahun berlalu, cita-cita mereka terwujud. Sudan Selatan bakal menjadi negara ke-193 di muka bumi. Kiir mengulangi lagi pernyataan Deng dalam pidatonya setelah misa berakhir. Politikus 59 tahun yang digadang-gadang menjadi presiden pertama Sudan Selatan itu mendedikasikan hasil referendum untuk para pendahulunya. Terutama, John Garang, presiden Sudan yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada 2005. ”Setidaknya 2 juta orang yang tewas dalam perang sipil 1983-2005 tidak mati sia-sia,” kata pria yang gemar memakai topi koboi tersebut. Menurut Chan Reec, chairman SSRC wilayah selatan, penghitungan suara akan tuntas awal bulan depan. Bersamaan dengan itu, SSRC akan kembali merilis hasil lengkap penentuan sikap rakyat Sudan Selatan tersebut. Diharapkan, hasil final sudah bisa dipublikasikan pekan depan. ”Hasil sementara menyebutkan 99,57 persen warga Sudan Selatan menginginkan perpisahan dengan utara. Hanya sekitar 16.129 warga selatan yang memilih bertahan dalam status quo,” papar Reec. Terpisah, Mohamed Khalil Ibrahim mengumumkan bahwa 99 persen warga Sudan yang berada di luar negeri pun mendambakan perpisahan. Pria yang didapuk sebagai ketua SSRC dan bertanggung jawab atas hasil di utara dan selatan itu menyebut referendum 9-15 Januari itu sebagai suara rakyat. ”Keputusan yang sangat menentukan. Bahkan, sebanyak 58 persen warga selatan yang tinggal di utara pun menginginkan perpisahan,” ungkapnya. Dalam situs resminya, SSRC menayangkan update penghitungan suara baik di kawasan selatan maupun utara. Hasil terakhir sampai tadi malam WIB menunjukkan bahwa 98,83 persen warga Sudan, baik di utara maupun selatan, menginginkan kemerdekaan. ”Saya sudah mengatakan kepada Anda semua bahwa 90 persen warga selatan akan memilih merdeka. Dan, kata-kata saya terbukti. Bahkan, prosentasi warga yang menginginkan perpisahan jauh di atas 90 persen,” kata Kiir. Pengumuman resmi SSRC itu disambut gembira penduduk Sudan Selatan. Usai misa, warga Juba merayakan hasil sementara referendum itu dengan berdansa. Mereka juga terus mendendangkan lagu Tanah Perjanjian. ”Kami sudah menunjukkan kepada mereka yang berada di utara, bahwa kami menginginkan kemerdekaan. Kini, kami tinggal selangkah lagi dari kemerdekaan. Maka, hari ini kami berdansa untuk menyambut kedatangan masa depan yang lebih baik,” ujar James Madut, warga Juba. Bukan hanya warga Sudan Selatan yang menyambut baik hasil referendum kemarin. Para pemimpin dunia pun mengapresiasi penentuan sikap warga Sudan Selatan. ”Rakyat Sudan Selatan sudah menyampaikan pendapat mereka dengan sangat jelas,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Norwegia, Erik Solheim, seperti dilansir Associated Press. Norwegia yang ikut membidani lahirnya kesepakatan 2005 yang mengakhiri perang sipil utara dan selatan. Sementara itu, Presiden Sudan Omar al-Bashir memenuhi janjinya. Dari Khartoum, dia menyambut baik hasil sementara referendum. Dia juga menghargai keputusan rakyat Sudan Selatan untuk memisahkan diri dari pemerintahannya. ”Sejak awal, kami sudah melihat jelas kemungkinan berpisah dengan selatan,” terang kantor kepresidenan dalam pernyataan resmi. Kiir pun menyambut baik pernyataan sikap Bashir tersebut. (hep/dos)
99 Persen Warga Pilih Merdeka
Selasa 01-02-2011,07:28 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :