Jalan Amblas, 2 Desa Terisolir

Sabtu 05-02-2011,06:00 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

LEMAHABANG - Dua desa di Kecamatan Lemahabang terisolir. Pasalnya akses jalan menuju ibukota kecamatan terputus karena mengalami amblas sedalam satu meter dengan panjang lima belas meter. Dua desa tersebut antara lain Belawa dan Wangkelang. Amblasnya jalan terjadi pada Kamis malam (3/2) saat hujan mengguyur kawasan perbukitan Gunung Beas di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang. Hujan yang terus menerus mengguyur membuat tanah yang berada di bawah jalan tersebut labil. Akibatnya tanah menjadi amblas dan hampir tiga perempat jalan amblas. Menurut Kuwu Belawa, Djuhud sebelumnya tidak ada tanda-tanda yang mencolok akan amblasnya jalan Cipeujueh-Kamarang ini. “Ketika pagi hari saya lewat kondisi jalan masih normal, namun ketika pulang ke rumah sekitar pukul 16.00 jalan sudah amblas sekitar 20 cm, selang waktu beberapa jam, tiba-tiba saya dapat kabar pukul 18.30 jalan sudah amblas,” paparnya. Penyebab lain dari longsornya jalan tersebut adalah adanya saluran air yang berada tepat dibawah jalan ini yang tiap tahun mengalirkan air untuk keperluan warga setempat. “Karena diguyur hujan selama 3 hari, tanah dan gorong-gorong ambruk sehingga tahan diatasnya pun amblas,” terangnya. Akibat amblasnya jalan aktivitas warga menjadi terganggu. Tidak hanya itu, warga tetangga desa yakni desa Wangkelang mengalami hal yang sama, karena jalan ini merupakan akses satu-satunya yang terdekat menuju pusat kota Kecamatan Lemahabang. “Warga harus menempuh waktu 2 hingga 3 kali lipat. Biasanya kalau ingin ke pasar Cipuejeuh hanya menempuh waktu 15 menit, kini harus muter ke wilayah Sedong atau Gumulung dengan waktu tempuh 30-45 menit,” paparnya. Dia menambahkan, dengan aktivitas terganggu, kegiatan ekonomi warga pun demikian. Sebab mayoritas penduduk Belawa dan sekitarnya merupakan pedagang di Pasar Cipeujeuh Wetan dan pasar-pasar di sekitarnya. “Warga kami selepas Isya sudah turun ke pasar untuk menjajakan dagangannya berupa hasil bumi dari perkebunan. Biasanya ongkos hanya Rp2.000 dengan kondisi demikian menjadi naik 2 kali lipat,” terang Djuhud. Melihat kondisi demikian, warga dan pemuda setempat ramai-ramai melakukan kerja bakti untuk memperbaiki jalan secara manual. Hal ini dilakukan agar warga untuk sementara bisa melewati jalan tersebut meskipun harus antre, karena jalurnya sempit. Riki, salahseorang pemuda setempat sejak pukul 06.00 WIB sudah memperbaiki kondisi jalan agar warga sekitar khususnya anak sekolah bisa melewati jalan tersebut. Untuk membeli minum dan makanan ringan, para pemuda meminta sumbangan kepada pengguna jalan seikhlasnya. Djuhud menambahkan, selang beberapa jam setelah kejadian jalan amblas, pihaknya langsung melaporkan kepada Pemkab Cirebon meminta bantuan alat berat untuk memperbaiki jalan. “Sebentar lagi alat berat akan tiba, nanti ada sebagian lereng bukit akan diratakan untuk digunakan sebagai jalan,” pungkasnya. (jun)

Tags :
Kategori :

Terkait