Kisah Wajari, 14 Tahun Jadi Porter di Stasiun Kejaksan Cirebon, Begini Suka Dukanya

Senin 23-12-2024,10:37 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Tatang Rusmanta

RADARCIREBON.COM – Menjadi seorang porter (kuli angkut) di stasiun kereta api adalah pekerjaan yang penuh tantangan dan cerita. 

Di balik senyum ramah dan tenaga kuat mereka, tersimpan kisah suka dan duka yang menemani setiap langkah pekerjaan mereka.

Para porter sering kali menjadi bagian penting dari perjalanan penumpang, terutama mereka yang membawa barang bawaan berat atau berjumlah banyak.

Mengangkat barang berat selama berjam-jam membutuhkan fisik yang kuat, sering kali membuat tubuh mereka lelah. 

BACA JUGA:Apakah Bisa Kaya Raya Melalui Passive Income? Simak Nih 6 Tips Membangun Passive Income

BACA JUGA:Dugaan Korupsi bjb Syariah Sumber Cirebon, Kubu J Melawan, Sebut Ada Tekanan dan Dikorbankan

Cuaca ekstrem, seperti panas terik atau hujan deras, menjadi tantangan tambahan yang harus mereka hadapi.

Wajari (59) salah satu porter Stasiun Kejaksan Cirebon asal Jl Pancuran, Kota Cirebon yang ditemui radarcirebon.com mengatakan, dirinya menjadi seorang porter sejak tahun 2010.

"Sebelum jadi porter, saya pedagang asong di atas kereta api sebelum adanya perubahan peraturan baru di stasiun,"katanya.

Wajari mengaku, tidak jarang   menghadapi penumpang yang kurang menghargai pekerjaannya yang enggan membayar jasa porter dengan layak. 

BACA JUGA:3 Ide Passive Income yang Layak Dicoba di Tahun 2025

BACA JUGA:Jay Idzes Bantu Venezia Kalahkan Cagliari, Kemenangan Ketiga di Serie A

"Ya ada aja penumpang yang seperti itu, yang penting kita ikhlas mencari rejeki. Terkait ongkos jasa sudah ada aplikasinya, tapi belum efektif. Kalau di aplikasi itu tarif jasa porter Rp38 ribu. Kalau kita nggak kasih tarif sih. Cuma kadang penumpang suka ngasih tip lebih. Kadang Rp30 ribu, Rp20 ribu, kadang ada yang ngasih Rp10 ribu juga kita terima saja. Kadang ada orang yang cuma ngucapin terima kasih, ya gitu-lah, nggak apa-apa, semoga ada gantinya dari yang lain. Sekarang saya dan teman-teman masih cara manual tarifnya,"ucapnya.

Menurut Dia, pendapatannya meningkat di hari-hari musim libur besar seperti Nataru dan Lebaran.

"Kalau hari biasa pendapatan sedikit paling banyak dua sampai tiga tarikan (angkut barang). Berbeda dengan hari libur seperti sekarang (Nataru) bisa bawa pulang uang minimal Rp100 ribu,"ujarnya.

Kategori :