JAKARTA - Pesawat Kepresidenan yang telah lama ditunggu-tunggu banyak pihak, akhirnya datang juga. Kemarin (10/4), Pesawat Boeing Business Jet 2 atau BBJ-2 tiba di Base Operations Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma melalui acara seremonial yang cukup megah. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi didampingi menteri teknis dan pejabat terkait menyambut kedatangan pesawat yang terbang langsung dari markas Boeing di Chicago, Amerika Serikat itu. Kedatangan pesawat kepresidenan khusus tersebut pun diyakini membawa sejumlah nilai keunggulan. Bahkan, Mensesneg Sudi Silalahi menyebut keberadaan pesawat kepresidenan membuka lembaran sejarah baru bagi Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan. \"Setelah melalui proses kurang lebih empat tahun, pagi ini (kemarin) kita bersama-sama menyaksikan hadirnya pesawat kepresidenan jenis Boeing Bussiness Jet 2 atau BJB-2. Pesawat ini khusus didesain untuk digunakan presiden RI di dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan maupun tugas2 kenegaraan. Hadirnya pesawat kepresidenan hari ini (kemarin) membuka lembaran sejarah baru bagi kita bangsa Indonesia. Inilah pertama kalinya, setelah hampir 69 tahun kita merdeka, memiliki pesawat kepresidenan sendiri,\" papar Sudi dalam pidatonya di Lanud Halim Perdanakusuma, kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Sudi menuturkan bahwa keputusan memiliki pesawat kepresidenan sendiri, lebih banyak membawa manfaat ketimbang kerugian. Dia menguraikan, selama ini, dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan kenegaraan di dalam dan luar negeri, Presiden RI harus menyewa pesawat komersial dari PT Garuda Indonesia. \"Tentu saja penggunaan pesawat komersial, atau pesawat khusus kepresidenan yang kita sewa selama ini, tidak lah seefektif dan seefesien, bila dibanding dengan kita memiliki sendiri pesawat kepresidenan,\" tuturnya. Sudi menekankan, meski banyak kontroversi yang timbul sebelum pengadaan pesawat tersebut, pemerintah telah mempertimbangkan dan melakukan perhitungan yang matang terkait hal tersebut. ada sejumlah hal yang menjadi keunggulan pengadaan pesawat kepresidenan. Pertama, dari sisi anggaran negara, penggunaan pesawat kepresidenan jauh lebih hemat dibanding dengan menggunakan pesawat komersial. \"Dari perhitungan yg kita lakukan dengan cermat, penghematan anggaran negara selama masa pakai pesawat ini di beberapa tahun mendatang akan dapat menghemat kisaran sebesar Rp114,2 miliar setiap tahunnya,\" ungkapnya. Kedua, lanjut Sudi, dari segi efisiensi dan efektivitas, penggunaan pesawat khusus kepresidenan tidak menganggu jadwal penerbangan maskapai komersial. Selama ini, perusahaan penerbangan harus mengatur ulang jadwal penerbangannya apabila ada tugas-tugas kenegaraan yang mengharuskan presiden menggunakan pesawat terbang dalam perjalanan dinas. \"Ketiga, sebagai negara besar, kita tentu lebih bangga apabila Presiden RI menggunakan khusus pesawat kepresidenan yang lebih canggih, modern, aman dan benar-benar difungsikan untuk melayani tugas konstitusional republik Indonesia,\"lanjutnya. Sudi menuturkan, pesawat kepresidenan tersebut nantinya diserahkan dalam pengawasan TNI AU dan PT. Garuda Indonesia. Kedua pihak tersebut akan berbagi tugas dalam penyimpanan, perawatan hingga pengoperasian pesawat. \"Saya minta, pastikan pemeliharaan dan perawatan berkala yg terbaik dan berstandar internasional. Jalin komunikasi intensif dengan Boeing sebagai pabrikan pesawat ini, pedomani standarisasi yg berlaku. Pastikan pula pesawat ini, memberikan tingkat keamanan, kenyamanan dan keselamatan yg bagi Presiden dalam menunaikan tugas konstitusional,\"tutur Sudi. Dalam kesempatan tersebut, Sudi juga menyatakan bahwa pesawat kepresidenan tersebut bukan khusus diperuntukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia menekankan bahwa pesawat tersebut justru akan digunakan oleh Presiden Indonesia yang terpilih nanti, serta presiden-presiden RI di masa yang akan datang. \"Dalam waktu dekat akan segera dioperasikan, dalam satu hari besok (hari ini) mudah-mudahan diselesaikan sertifikasinya. Jadi minggu depan uji coba penerbangan dan kemudian Persiden akan bisa menggunakan. Tapi, Presiden yang akan datang yang lebih banyak pakai,\" tegasnya. Acara penyambutan pesawat kepresidenan jenis Boeing Business Jet 2 itu berlangsung cukup megah. Pesawat yang menempuh perjalanan jauh dari Amerika itu, disambut dengan acara seremonial. Dua mobil pemadam kebakaran menyemburkan air ke badan pesawat tersebut. Dari segi desain atau livery pesawat, cukup minimalis. Pesawat tersebut didominasi warna biru langit dengan dua garis merah dan putih menghiasi sebagai pinggirannya. Sementara di bagian lambung pesawat berwarna putih. Logo Garuda Pancasila dan tulisan Republik Indonesia berdampingan di bagian depan pesawat. Pada bagian kanan-kiri pesawat terdapat logo bendera merah putih yang berada di bagian ekor pesawat. Menyoal desain dan warna, Sudi menuturkan, hal tersebut tidak diputuskan oleh Presiden. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu terkait desain tersebut. Namun, diputuskan menggunakan warna biru, untuk alasan keamanan penerbangan. \"Sebagian juga bagian dari warna kamuflase. Ini tidak ada arahan dari mapun, ada 14 warna yg disodorkan, lalu diajukan ke sesneg, lalu dilakukan poling pendapat di kemensesneg, lebih dari separoh memilih warna ini. Yang mengoperasikan TNI AU dan seragamnya mirip,\"urainya. Untuk spesifikasi, pesawat yang diproduksi Boeing Company sejak 2011 itu memiliki rentang sayap 35,79 meter, tinggi 12,50 meter, dan panjang 38 meter. Pesawat canggih ini dipasangi dengan 2 engine CFM 56-7p. Pesawat BBJ2 dirancang untuk memuat empat VVIP class meeting room, dua VVIP class state room, 12 executive area, dan 44 staff area. Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang. Jumlah itu disebut cukup untuk sebuah rombongan presiden. Pesawat tersebut mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet, dan memiliki kemampuan selama 10 jam. Pesawat tersebut juga memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785 mach dan kecepatan maksimum 0,85 mach. Selain itu, juga dilengkapi dengan perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah ditambah untuk daya jangkau sampai dengan 10.000 kilometer. \"Kalau ada peluru kendalipun, sudah ada sensor dan apa yg dilakukan pesawat kalau itu terjadi,\" imbuh Sudi. (ken)
Pesawat Kepresidenan Tiba di Indonesia
Jumat 11-04-2014,11:35 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :