Personal Branding Prabowo Lebih Terasah

Sabtu 12-04-2014,10:45 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Hasil survei yang dilakukan berbagai lembaga dengan menyatakan pencapresan Jokowi membuat PDI Perjuangan menang telak di pemilihan legislatif dengan perolehan suara di atas 30 persen tidak terbukti. Meski menjadi pemenang, berdasarkan hitung cepat, PDI Perjuangan hanya meraih suara 19 persen, selaras dengan perkiraan hasil survei sebelum Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres. “Prabowo effect secara kasat mata hasilnya terlihat jauh lebih baik dibanding Jokowi effect. Gerindra yang pada pemilu 2009 meraih 4,46 persen secara nasional, saat ini menurut quick qount menempati urutan ke tiga dengan meraih suara di kisaran 11-12 persen,” ujar Dewi Haroen, Dosen Psikologi Universitas Indonesia (UI) kepada wartawan, Jumat (11/4). Menurut pakar personal branding ini, ada kenyataan yang luput dari mata pengamat dan lembaga survei tentang kejelian Prabowo Subianto mengajak orang-orang komunikasi di barisannya. Pemilihan orang-orang yang tepat untuk memudahkan komunikasi dengan media menjadi kunci penting bagi Prabowo dalam mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya. “Tim media dan komunikasi Prabowo terlihat bekerja maksimal melalui berbagai media termasuk sosial media yang dulu dikuasai Jokowi,” ujarnya. Sehingga, personal branding Prabowo sebagai pribadi yang bersikap tegas terhadap apapun, antikorupsi, jiwa sosialnya yang sangat tinggi, serta konsep ekonominya yang sangat jelas untuk memakmurkan rakyat yang kuat, secara terus menerus dikomunikasikan dengan baik dan konsisten kepada swing voters sampai hari H pencoblosan. “Ini yang tidak disadari Jokowi dan tim pendukungnya dari PDI-P. Bisa jadi mereka sama sekali tidak mempelajari bagaimana Jokowi berhasil dalam pilkada DKI. Mereka merasa di atas angin karena menganggap Jokowi media darling serta terbuai dengan hasil survei,” ujarnya. Sebaliknya, tim pendukung Jokowi tidak melakukan upaya yang nyata sehingga pemilih tidak mendapat informasi yang cukup tentang dirinya. Pada saat-saat akhir jelang kampanye ada pergeseran persepsi masyarakat terhadap figur Jokowi yang disebut sebagai capres boneka dan selalu manut pada Megawati. “Padahal seharusnya situasi dan kondisi yang rawan ini disikapi dengan cerdas oleh tim. Pembiaran inilah yang berharga mahal dengan tidak efektif nya personal brand Jokowi terhadap PDIP di Pileg 2014,” jelasnya. (dil)

Tags :
Kategori :

Terkait