
Distribusi telur akan dilakukan melalui jaringan antar-RT di Desa Mundumesigit dengan harga lebih terjangkau dari harga pasar.
“Kalau di pasar harga telur Rp20 ribu, di desa cukup Rp18 ribu. Ini membantu warga dan juga memutar ekonomi di tingkat lokal,” katanya.
Menariknya, program ini juga mengusung konsep peternakan terpadu. Lahan di bawah kandang ayam akan dimanfaatkan sebagai kolam budidaya ikan lele, memanfaatkan sisa pakan ayam sebagai sumber makanan alami bagi ikan.
“Jadi satu lokasi bisa untuk dua kegiatan, ayam di atas, lele di bawah. Hemat pakan, hemat lahan, hasilnya dobel,” jelasnya.
Selain produksi telur, Desa Mundu Mesigit juga sedang menyiapkan program pembibitan ayam atau DOC (Day Old Chick) dengan target 1.000 ekor.
Dengan pembibitan sendiri, desa tidak lagi bergantung pada pasokan bibit dari luar.
BACA JUGA:Walikota Cirebon Dicoret Sebagai Pendonor Darah, Ini Penyebabnya
BACA JUGA:KONI Kuningan Miliki Ketua Baru, Ini Harapan Bupati Dian
BACA JUGA:Muncul Percikan Api, Motor Vixion Terbakar Usai Isi BBM di SPBU Cirebon Timur
“Kalau bibit kita bisa produksi sendiri, biaya jadi lebih hemat, dan desa jadi lebih mandiri,” tambahnya.
Syarifuddin berharap, kehadiran peternakan ayam petelur ini mampu menjadi pilar ketahanan pangan desa yang nyata dan berkelanjutan, serta menjadi percontohan bagi desa-desa lain dalam pemanfaatan sumber daya lokal.
“Program ini dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kami harap seluruh warga ikut terlibat, baik sebagai pekerja, pembeli, atau mitra usaha. Mohon doanya agar semua berjalan lancar,” tandasnya. (*)