Pihaknya mendorong UMKM untuk tidak hanya bergantung pada pasar domestik, tetapi juga memanfaatkan peluang ekspor.
“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa negara, termasuk Prancis yang memiliki Rumah Indonesia. Itu menjadi jembatan produk-produk kita masuk ke pasar internasional,” katanya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa standar ekspor, terutama ke Eropa, Amerika, maupun Timur Tengah, sangat ketat.
“Kalau tidak sungguh-sungguh menjaga kualitas, produk bisa ditolak bahkan dibuang. Karena itu edukasi kualitas produk menjadi konsentrasi NGG,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan bahwa akses modal bukanlah masalah utama, melainkan manajemen usaha.
“Produk bagus, pasar bagus, modal itu tersedia. Ada KUR dan fasilitas perbankan dari pemerintah."
BACA JUGA:Sinergi BRI dan Indogrosir Hadirkan Inovasi Transaksi, Dukung UMKM dan Ritel Modern
"Yang sering jadi persoalan adalah manajemennya buruk, sehingga gagal mengelola modal,” ujarnya.
NGG sendiri, kata Fahmi, memiliki jaringan lebih dari 6.000 pendamping di seluruh Indonesia.
Selama lima tahun berdiri secara resmi, namun dengan pengalaman 15 tahun aktivitas, NGG telah mendampingi banyak usaha yang berhasil berkembang pesat.
“Ada merek fesyen yang dulunya hanya satu toko, kini sudah jadi ribuan outlet. Ada pula klinik kesehatan tradisional yang tumbuh signifikan."
"Jadi prinsipnya, NGG hadir untuk memastikan UMKM bertumbuh, berjejaring, dan berdaya saing,” pungkasnya. (*)