“Air masuk ke dalam, strukturnya melemah, dan sudah mulai banyak bagian yang melengkung,” tuturnya.
Arif menyebutkan bahwa nilai proyek awal pembangunan gedung ini mencapai sekitar Rp40 miliar.
"Namun, karena gedung telah menjadi aset daerah, opsi perbaikan tetap menjadi pilihan utama dibandingkan membangun gedung baru. Mau bagaimana lagi, ini aset yang sudah dibangun. Daripada tidak dimanfaatkan dan berbahaya, ya harus diperbaiki,” sebutnya.
Dalam diskusi bersama Polban, Arif menuturkan, perkiraan biaya perbaikan gedung diprediksi berada di kisaran Rp11 hingga Rp18 miliar.
"Prediksi di 11 hingga 18 miliar dan rencana perbaikan dimungkinkan dilakukan pada tahun 2026, sejalan dengan program strategis daerah," tuturnya.
Meski sempat muncul wacana penundaan hingga 2027, kata Arif, risiko kerusakan yang makin parah menjadi pertimbangan serius bagi pemerintah kota.
“Kita juga mempertimbangkan biaya pemeliharaan yang terus membengkak. Kalau terus ditunda, kondisi bangunan akan makin rusak,” pungkasnya.