Bom Pakistan, 80 Tewas

Sabtu 14-05-2011,07:18 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CHARSADDA - Ancaman Tehreek-e-Taliban Pakistan alias Taliban Pakistan untuk membalas kematian Osama bin Laden ternyata bukan sekadar gertak sambal. Kemarin pagi (13/5) dua pelaku bom bunuh diri kelompok radikal tersebut meledakkan bom di dekat Frontier Constabulary, sebuah kamp pelatihan paramiliter di Shabqadar, Distrik Charsadda. Bom tersebut menewaskan 80 orang serta melukai 140 lainnya. Itu merupakan serangan balasan pertama setelah Osama tewas ditembak pasukan khusus Angkatan Laut AS, Navy Seals, 1 Mei lalu, di kediamannya di Abbottabad. ”Tunggu serangan yang lebih besar di Pakistan dan Afghanistan,” kata Juru Bicara Taliban Pakistan Ehsanullah Ehsan kepada Agence France-Presse melalui telepon. Setelah Osama diumumkan tewas oleh Presiden AS Barack Obama dari Gedung Putih, Taliban Pakistan meru­pakan kelompok pertama yang langsung memaklumatkan sera­ngan balasan. Meski, Taliban sebe­narnya bukan bagian dari Al Qae­da, kelompok yang dipimpin Osama. Ketika itu, Taliban Pakistan menyebut Presiden Pakistan Asif Ali Zardari sebagai target serangan pertama. Berikutnya adalah berbagai aset serta kepentingan AS. Nah, Frontier Constabulary bisa dibilang merupakan kepentingan AS di Pakistan. Para kadet di kamp pelatihan itu yang direkrut dari ber­bagai wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan dididik langsung para anggota pasukan khusus AS. Pada 5 Mei lalu, 800 kadet dinyatakan lulus dari pelatihan selama setahun tersebut. Mereka itulah yang lantas diterjunkan di garis depan di kawasan barat laut Pakistan yang menjadi sarang kelompok-kelompok radikal seperti Al Qaeda dan Taliban. Dua bom kemarin menyalak sebelum pukul 06.00 waktu Charsadda yang hanya terpisah sejam perjalanan darat dari ibu kota Islamabad. Atau tak lama setelah para peserta didik di Frontier Constabulary menunaikan salat Subuh. Pelaku bom bunuh diri pertama meledakkan diri di tengah jalan di depan kamp. Ledakan itu menarik perhatian para kader yang langsung mengerumuni tempat kejadian. Mereka sebenarnya sudah ditunggu puluhan minivan yang akan membawanya mudik karena Jumat merupakan hari libur di Pakistan. Sebagaimana dilansir Associated Press, selang beberapa menit kemudian, melintas pelaku bom bunuh diri lainnya yang mengendarai sepeda motor dan meledakkan diri tepat di dekat kerumunan dengan kekuatan lebih besar dari bom yang pertama. Sebanyak 66 di antara seluruh korban yang tewas merupakan para kadet di kamp yang dibiayai AS tersebut, sedangkan 11 lainnya adalah warga sipil. Di antara seluruh korban yang terluka, menurut dr Abdul Hameed Afridi dari Rumah Sakit Lady Rieding di Peshawar tempat mereka dirawat, 40 orang kritis. Menurut seorang penjual buah-buahan di dekat lokasi pengeboman, selain yang berkerumun di lokasi peledakan pertama, para kadet yang sudah duduk di dalam minivan juga tewas. Demikian juga mereka yang tengah memasukkan barang ke dalam kendaraan yang ditumpanginya. Total 10 minivan rusak karena ledakan tersebut. ”Ada ledakan besar,” ujar si penjual buah yang namanya dirahasiakan itu kepada Associated Press. ”Saya melihat asap, darah, dan daging manusia bertebaran di mana-mana.” Abdul Wahid, salahseorang kadet yang lolos dari maut tapi mengalami luka di kaki, mengungkapkan, dirinya sampai terbanting saking kuatnya ledakan kedua. ”Setelah terjatuh, saya hanya bisa berusaha merangkak dan menjauh dari lokasi ledakan untuk mencari tempat aman,” kata pemuda 25 tahun itu sebagaimana dikutip Washington Post. Menurut Nisar Khan, seorang polisi setempat, dua pengebom tersebut adalah pemuda yang usianya diperkirakan baru 20-an. Bom itu diperkirakan dipasang di rompi yang mereka kenakan. Bom tersebut bercampur gotri dan paku. Bashir Ahmed Bilour, seorang pejabat pemerintahan di Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, wilayah Distrik Charsadda, mengutuk keras pengeboman kemarin. ”Apa yang mereka dapat (lewat pengeboman ini)? Siapa yang terbunuh?” ujarnya. ”Apakah mereka berhasil membunuh Amerika atau justru para kadet muda tak bersalah yang hendak pulang kampung” Dia juga menyerang AS yang dianggap memicu aksi kemarin setelah menyergap dan membunuh Osama di kediamannya tanpa sepengetahuan otoritas Pakistan. ”Mereka harus datang ke sini dan melihat akibat perbuatannya. Kami ini manusia, bukan komoditas yang bisa dibeli,” tegasnya sebagaimana dikutip Daily Mail. Charsadda berbatasan langsung dengan Distrik Mohmand yang termasuk kawasan semiotonomi di perbatasan Pakistan-Afghanistan. Di Mohmand itulah militer Pakistan baru-baru ini menghelat kembali operasi besar-besaran kontraterorisme. Operasi-operasi sebelumnya selalu gagal menyapu bersih kaum militan. Padahal sudah 3 ribu tentara Pakistan menjadi korban upaya pemberantasan kelompok-kelompok radikal tersebut. Karena lokasi geografisnya itu, Charsadda pun kerap menjadi sasaran serangan. Misalnya, 1 April lalu, 13 orang tewas dan 31 lainnya terluka setelah seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bom di dekat kendaraan yang dinaiki Fazlur Rehman, ketua Partai Jamaah Islamiyah Pakistan. Tapi, Rehman lolos dari maut. (c5/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait