BACA JUGA:Resmi Jadi Obvitnas ke-26, PLTU Cirebon 2 Diperketat Pengamanannya
BACA JUGA:PAN Tancap Gas! Zulhas Buka Musda Serentak, Cirebon Bentuk Tim Formatur 2025–2030
Sejalan dengan arahan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, memaparkan peta jalan pengembangan pariwisata bertajuk “Setara dan Berkelanjutan”.
Konsep ini menjadi wujud nyata komitmen pemerintah dalam membenahi tata kelola wisata Cirebon dalam beberapa tahun ke depan.
Agus menjelaskan, pengembangan pariwisata tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga menghidupkan kembali semangat Living Heritage, khususnya di kawasan keraton.
Tujuannya menjadikan Cirebon sebagai pusat budaya dan sejarah yang dikenal di tingkat nasional hingga internasional.
“Kita ingin warisan leluhur tetap terjaga, namun dikemas secara profesional agar mampu menarik wisatawan,” jelasnya.
Pemerintah Kota Cirebon telah menetapkan sejumlah kawasan prioritas, mulai dari Wisata Keraton (Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan), Wisata Bahari Kejawanan, hingga revitalisasi Kawasan Kota Lama.
Setiap kawasan akan dilengkapi landmark dan fasilitas publik ikonik yang mengedepankan kenyamanan pengunjung tanpa menghilangkan nilai historis.
Pengembangan juga menyasar seluruh kecamatan. Kecamatan Kejaksan difokuskan pada penataan kawasan perdagangan dan revitalisasi Kali Sukalila.
Lemahwungkuk diarahkan sebagai penggerak ekonomi pesisir, sementara Kesambi, Harjamukti, dan Pekalipan diproyeksikan sebagai pusat layanan publik, pemberdayaan UMKM, urban farming, serta sentra kuliner berbasis ruang publik.
Tak hanya itu, Agus turut mengajak seluruh elemen masyarakat menyukseskan Calendar of Event pariwisata, termasuk festival budaya berskala nasional yang diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisata.
Melalui integrasi dengan kawasan Metropolitan Rebana dan optimalisasi potensi blue economy, Kota Cirebon optimistis bertransformasi menjadi pusat jasa dan perdagangan yang tetap bangga dengan identitas budayanya.