Tiap Hari Terima 750 Kubik Sampah

Senin 02-06-2014,13:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

TENTANG TPA KOPILUHUR -Berdiri sejak 1998 -Luas 14,6 hektare, tapi hanya 9,6 hektare yang digunakan. Sisanya tidak digunakan karena ada sungai dan dekat dengan pemukiman -Volume sampah 650-750 kubik per hari -Hanya memiliki 9 pegawai, 3 di bagian administrasi dan 6 di lapangan. PERMASALAHAN sampah harus menjadi perhatian serius Pemkot Cirebon. Apabila tak mampu menyelesaikannya, masalah sampah ini akan menjadi bom waktu yang siap mengancam kehidupan masyarakat. Saat ini Kota Cirebon yang memiliki luas wilayah 37 km2 memiliki sebanyak 24 tempat pembuangan sementara (TPS) dan 1 buah tempat pembuangan akhir (TPA). TPA Kopiluhur satu-satunya tempat pembuangan akhir milik pemkot. Setiap hari TPA Kopiluhur menerima volume sampah sekitar 650-750 kubik. Dengan terus bertambahnya volume sampah, umur penggunaan TPA semakin berkurang. \"Masalah sampah ini memang seperti bom waktu. Umur penggunaan TPA itu makin berkurang, sedangkan kita tak punya TPA lain selain di sini (Kopiluhur, red). Apabila pengelolaan sampah seperti ini saja, maka akan menjadi masalah yang besar,\" kata Kepala UPTD TPA Kopiluhur, Otang Sumantri ST, kemarin. Ia pun memaklumi apabila masyarakat di sekitar TPA mencium bau sampah. Secara langsung, kata dia, tidak ada masyarakat yang protes. “Tapi kalau pembicaraan memang ada yang mengeluhkan mengenai bau sampah yang tidak sedap itu,\" ujarnya. Hal ini menurut Otang, suatu hal yang wajar. Terutama di peralihan musim seperti ini. Di mana pada musim hujan, sampah-sampah yang ada di TPA menjadi basah dan membusuk. Kemudian di siang hari, sampah yang basah itu terkena terik panas matahari lalu menguap. Dan puncaknya pada malam hari, panas yang terserap oleh sampah keluar dan menimbulkan bau gas sampah. Otang menegaskan pihaknya sudah berusaha maksimal untuk menangani sampah di Kota Cirebon. Untuk meminimalisasi bau sampah, pihaknya melakukan pelapisan sampah dengan tanah. Hal ini dilakukan untuk menutup pori-pori sampah, sebagai tempat keluarnya bau sampah. Selain itu, Otang juga menyebutkan, ia memiliki program bantuan hewan predator penangkap lalat. Ini bertujuan untuk meminimalisasi bau dan juga banyaknya lalat. Meski TPA Kopiluhur menimbulkan bau di tengah masyarakat, Otang berharap masyarakat juga bisa mengerti dengan situasi yang dihadapi saat ini. Sebab masalah sampah bukan hanya ditangani pihaknya, tapi harus melibatkan seluruh masyarakat. \"Karena sampah juga diproduksi dari masyarakat sendiri, sementara untuk pembayaran retribusi sampah saja, kadang ada yang menolak. Ini kan sepertinya belum ada kepedulian masyarakat terhadap penanganan sampah,\" ucapnya. Ia menjelaskan volume sampah dari rumah tangga lebih besar dari pada volume sampah dari tempat-tempat umum. Sedangkan pihaknya mengaku tidak memiliki anggaran yang besar untuk penanganan sampah di Kota Cirebon. Apabila masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk memilah sampah rumah tangga, ia yakin pengelolaan sampah tidak akan menggunakan biaya besar dan beban TPA akan semakin berkurang. \"Kita membutuhakn sistem yang terbangun dari masyarakat. Salah satunya dengan 3 R (reduce, reuse dan recyle). Kalau ini berjalan, saya yakin masalah sampah bau tidak akan ada lagi,\" tukasnya. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait