JAKARTA - Prilaku kedua Calon Presiden (Capres) begitu berbeda saat di debat Capres-cawapres di balai Sarbini kemarin. Jokowi tampak galau hingga contekan untuk debat tampak terselip di belakang jas selama lebih dari 15 menit. Sedangkan, Prabowo tampak emosional begitu ditanya terkait HAM. Debat dimulai sekitar pukul 20.00. Tampak Prabowo-Hatta masuk ke panggung. Sejurus kemudian, Jokowi tampak masuk panggung sendirian. Pasangan Jokowi, Jusuf Kalla belum tampak mendampingi. Tidak berapa lama, JK-panggilan Jusuf Kalla mulai menyusul untuk berjabat tangan dengan Prabowo-Hatta. \"JK terlambat,\" ujar Wahyudin salah satu penonton. Saat debat dimulai, mimik muka Jokowi tampak berubah. Dia sering kali melihat contekannya yang berada di saku belakang jas hitamnya. Sampai-sampai, contekan itu terselip tidak sempurna. Sebagian kertas contekan terlihat menyembul di antara jas dan kemeja putih yang dikenakan. Contekan itu menyembul hampir 15 menit. Baru di pertengahan debat, JK melihat hal tersebut dan mengingatkan Jokowi untuk memasukkan contekan tersebut. Lantas, Jokowi menyembunyikan kembali contekan itu. Kegalauan Jokowi tidak berhenti di situ. Seringkali saat ditanya soal sejumlah materi, Jokowi kerap menghentikan kalimat secara tiba-tiba. Uniknya, Jokowi sering melemparkan pada JK untuk menjawab. Hal itulah yang membuat penonton kerap tertawa, kegalauan Jokowi kian kelihatan. Prabowo tampak lebih siap untuk menghadapi debat tersebut. Pada awal debat, mantan danjen Kopassus itu sempat memberikan hormat ke arah pengunjung. Saat lagu Indonesia Raya didendangkan, dia juga tampak begitu tegap. Tapi, saat sesi tanya jawab kondisi itu berubah. Saat itu, JK menanyakan soal pelanggaran HAM. Dalam seketika, muka prabowo tampak memerah. Saat menjawab gestur tubuhnya juga lebih lebar, dia kerap mengepalkan tangan dan menunjuk-nunjuk ke arah Jokowi-JK. Perubahan sikap Prabowo tambah terlihat, dalam beberapa pertanyaan, dia kerap membenarkan posisi microphone yang sebetulnya tidak bermasalah. Prabowo juga tampak sering menyentuh kacamata yang dikenakannya. Ada sejumlah program andalan yang digambarkan dalam debat tersebut, di antaranya, soal evaluasi kritis rencana program jangka panjang nasional, perbaikan sumber daya Manusia (SDM) kementerian, pemberantasan korupsi, penguatan Hukum, mengurangi tekanan partai politik, dan menjaga bhineka tunggal ika. Debat tersebut terbagi empat sesi, dalam awal sesi Zainal Arifin Mochtar sebagai moderator menanyakan soal evaluasi kritis terhadap rencana program jangka panjang Nasional (RPJPN) yang bisa dilakukan kubu Jokowi-JK. Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, RPJPN merupakan acuan bagi setiap presiden dan wakil agar program negara ini tidak terpotong-potong. Sehingga, pihaknya akan melanjutkan program-program jangka panjang tersebut. Namun, setiap program yang tidak berjalan baik akan dievaluasi. Serta, yang juga penting adalah pengawasan program yang dilakukan setiap detik, menit, minggu, dan bulan. \"Manajemen pengawasan ini yang harus diperkuat,\" terangnya. Tidak lama, giliran Jusuf Kalla yang melengkapi pasangannya. Menurut dia, pemerintah harus memiliki kebijakan untuk mengevaluasi RPJPN setiap lima tahun. Apalagi, saat ini ekonomi negara melorot, defisit meningkat. Hal itu menunjukkan jika harus ada efisiensi terhadap program-program pemerintah yang tidak penting. \"Kurangi program yang tidak berguna,\" paparnya. Selanjutnya, moderator bertanya pada kubu Prabowo-Hatta soal kondisi hukum yang terindikasi banyak mafia peradilan dan bagaimana cara memperbaikinya. Prabowo mengatakan, saat ini memang masalah hukum menjadi kelemahan bangsa ini. Rasa keadilan kurang terasa oleh masyarakat. Mafia peradilan itu sumbernya dari penegak hukum yang kurang sejahtera. \"Gaji jaksa, hakim, polisi dan penegak hukum harus diperbaiki, seperti di Inggris yang gajinya besar,\" paparnya. Untuk bisa meningkatkan kesejahteraan penegak hukum, maka kebocoran kekayaan nasional harus dihentikan. Kebocoran kekayaan nasional yang juga menjadi sebab SDM penegak hukum menjadi minim. \"Dengan mengurangi kebocoran, maka kualitas hidup penegak hukum bisa ditingkatkan SDM juga bisa lebih baik,\" tegasnya. Kali ini moderator menanyakan soal satu masalah yang sama pada kedua capres-cawapres. Yakni, soal menghindari rong-rongan partai politik pendukung. Zaenal memberikan kesempatan pertama pada kubu Prabowo-Hatta. Mantan Danjen Kopassus itu menuturkan, jika pihaknya percaya pada idiom bahwa tidak ada pendukung yang jelek, namun yang ada adalah pemimpin jelek. Karena itu, kalau pemimpin bisa meyakinkan pendukungnya, maka akan banyak patriot yang mau bekerja untuk negara. \"Motif utamanya untuk mengabdi pada rakyat, tidak boleh mengurangi APBN dan APBD satu sen pun,\" ujarnya. Hatta menambahkan, presiden dan wakil presiden itu dipilih rakyat. Karena itu, jangan sampai pemimpin tunduk pada partai politik. \"Kami hanya tunduk pada rakyat,\" janjinya. Sementara kubu Jokowi-JK mengemukakan hal yang jauh berbeda. Jokowi menuturkan, sistem rekrutmen partai harus dirombak untuk bisa memperbaikinya. Misalnyan seperti dirinya yang dicalonkan menjadi Presiden kendati bukan ketua umum. \"Rekrutmen harus diperbaiki,\" paparnya. Lalu, lanjut dia, koalisi tidak perlu banyak partai politik, sehingga saat bekerja mengedepankan rakyat. \"Bukan membagi-bagi kursi menteri,\" paparnya. Apalagi, kubunya membuat rekening terbuka untuk dukungan masyarakat. Nantinya, rekening ini akan diaudit. \"Jadi, kami tidak perlu uang dari parpol,\" jelasnya. JK menambahkan, demokrasi kita ini mahal sekali. Itulah yang membuat tekanan parpol bisa terjadi. Tapi, ongkos untuk kubu Jokowi dan dirinya murah, jadi tanpa tekanan. \"Keikhlasan dan tujuan yang membentengi kami,\" ujarnya. Debat dilanjutkan dengan pertanyaan soal bagaimana cara menjaga bhineka tunggal ika. Jokowi menjawab jika soal bhineka tunggal ika sudah final. Pihanya memberikan contoh kongkrit, dengan kasus lurah susan yang didemo karena perbedaan agama. \"Saya pertahankan karena sudah terseleksi, kepemimpinannya dan manajemennya,\" tegasnya. Sementara itu kubu Prabowo menuturkan, piranti hukum di Indonesia sudah cukup, seperti Undang-undang 1945. \"Saya berikan contoh, kami menjadikan saudara Ahok sebagai calon wakil gubernur walau dari kalangan minoritas,\" tuturnya sembari menyebut bhineka tunggal ika selalu diupayakan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hatta menegaskan, perbedaan ini menjadi keuntungan dan kekuatan bagi bangsa ini. Setelah itu, para kandidat masuk ke sesi saling bertanya. Pengamat komunikasi politik UI Effendi Gazali menilai pernyataan-pernyataan yang disampaikan kedua kubu relatif banyak menyampaikan hal-hal normatif. \"Hanya soal Lurah Susan dan Ahok yang (isu) membumi,\" kata Effendi saat dihubungi. Terkait pembawaan, dia menilai, ada hal positif yang ditunjukkan Jokowi. Menurut Effendi, capres yang diusung koalisi PDIP beserta partai lainnya itu tidak lagi kaku dan tegang. Terutama, dibandingkan seperti saat dua momen terdahulu, yaitu saat undian nomor urut di KPU dan deklarasi damai. \"Jokowi is back, dia be himself, jadi para pendukung Jokowi harus senang malam ini (tadi malam, red),\" imbuhnya. Terkait siapa bintangnya? Effendi menganggap bahwa Jusuf Kalla yang mampu membuat debat menjadi lebih hidup. \"Secara umum bintangnya JK, Prabowo agak tegang sedikit,\" pungkas Effendi. (Idr/dyn)
Contekan Jokowi Terselip, Prabowo Tampak Emosi Ditanya HAM
Selasa 10-06-2014,08:02 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :