MAJALENGKA – Hampir tiga pekan ini, di pusat Majalengka kota digelar event tahunan Majalengka Expo yang dilangsungkan di bekas lapangan Pasar Lama. Sejumlah stan ikut berpartisipasi menawarkan berbagai produk barang, jasa, maupun makanan. Namun, bukannya meraup untung, para pelaku usaha yang mengadu nasib di expo justru mengeluh sepinya penjualan. Para pedagang makanan, jasa hiburan, maupun pakaian dan perabotan lainnya mengeluhkan kondisi penjualan di pameran Majalengka Expo tahun ini, tak sebombastis tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya. Hal ini membuat target keuntungan yang mereka canangkan di akhir pameran expo yang dibuka selama sebulan penuh, dikhawatirkan tidak akan tercapai. Eri, pedagang martabak asal Pekalongan yang hampir setiap tahun berpartisipasi dalam pameran Majalengka Expo mengeluhkan adanya penurunan omzet penjualan yang sangat drastis di tahun ini. Bahkan, hampir setiap malam, martabak yang telah dia buat sebelumnya, terpaksa dijual murah atau dibagikan cukup banyak ke warga sekitar karena tak habis terjual. “Hampir tiap malam nyisa banyak, ya terpaksa dijual murah sebelum tutup, yang penting diusahain bisa nutup modal. Atau, kalau pas lagi sepi banget, ya terpaksa dimakan sendiri atau dibagiin ke yang di sekitar sini. Daripada mubadzir kebuang,” keluhnya. Padahal, lanjut dia, harga jual martabak yang dijual tahun ini semestinya naik harga dari tahun sebelumnya, lantaran modal bahan bakunya untuk membuat adonan dan memasak martabak, tentu sudah mengalami kenaikan dari bahan baku dan modal di tahun sebelumnya. Akan tetapi, berhubung kondisi penjualan yang sepi di pameran expo tahun ini, para pedagang martabak pun tidak berani menaikkan harga lantaran takut konsumennya mengeluh dan dagangan mereka semakin tidak laku. Pedagang pakaian lainnya Bagja menuturkan jika omzet penjualan pakaiannya tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak mau menyebut secara pasti spesifikasi omzet yang ramai dan omzet yang sepi, namun dia menyimpulkan jika untuk barang dagangannya di pameran expo masih belum berputar secara cepat. “Yang pasti kalau dihitung harian rugi. Tadinya saya nargeting jualan bisa ramai pas awal-awal bulan, atau malam minggu. Ada kenaikan sih kalau waktu tanggal muda dan malam minggu, kan ramai pengunjungnya, tapi tetap saja nggak sesuai yang diharapin,” keluhnya. Dia menduga sepinya penjualan produk-produk sandang di pameran Majalengka Expo tahun ini lantaran timing pelaksanaannya yang cukup mepet dengan momen-momen lain yang membutuhkan pengeluaran besar. Misalnya, mepet dengan momen kenaikan kelas (pergantian tahun ajaran baru), dan mepet dengan momen munggah puasa. Akibatnya, mayoritas warga lebih memilih mengalokasikan budgetnya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dalam menyongsong tahun ajaran baru, atau lebih memilih menyimpan anggaran rumah tangganya untuk dialokasikan dalam memenuhi kebutuhan menjelang puasa Ramadan. Di samping itu, keluhan juga dilontarkan awak kru wahana hiburan pasar malam (korsel). Menurutnya, dalam kondisi pengunjung korsel yang relatif lebih sepi dari yang ditargetkan sebelumnya ini, menjadikan biaya operasional atau biaya hidup para kru menjadi membengkak lantaran kebanyakan dari mereka adalah perantauan dari luar Majalengka. Dia memprediksi sepinya pendapatan tahun ini, disebabkan oleh berkurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi pameran expo. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ada daya tarik masyarakat pengunjung ke pameran expo lantaran ada wahana pertunjukan lumba-lumba yang memang merupakan pertunjukan langka yang bisa disaksikan di Majalengka. “Emang sempat ramai pas di awal-awal pembukaannya aja, selanjutya jumlah pengunjungnya semakin sedikit. Nggak tahu bisa nutup modal nggak ini juga,” imbuhnya. (azs)
Pedagang Mengeluh Sepi Pembeli
Jumat 13-06-2014,13:32 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :