Cegah dengan ”Sadari”

Kamis 16-10-2014,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

One Day No Bra dan Minimnya Sosialisasi Kanker Payudara Ranah sosial media (sosmed) kembali menggelitik para penggunanya. Senin (13/10) lalu, seorang artis ibukota yang ternama, Julia Rachmawati alias Julia Perez mengunggah foto kontoversial lewat akun twitternya. Ekspresi kepedulian terhadap kanker payudara lewat gerakan one day no bra, menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. MANTAN kekasih pesepakbola asal Argentina, Gaston Castano ini menampilkan foto topless sebagai bentuk dukungan atas kampanye pencegahan kanker payudara dengan tema one day no bra atau satu hari tanpa bra. Tentu saja, untuk sebagai besar kalangan masyarakat di Indonesia, jenis kampanye ini menimbulkan pro dan kontra, mengingat tindakan tersebut pasti berbenturan dengan norma kesusilaan dan norma agama. Tapi, itulah cara Jupe dalam mengekspresikan kepedulianya serta partisipasinya dalam aksi one day no bra. Aksi one day no bra merupakan salah satu bentuk dukungan serta perhatian masyarakat dunia terhadap penderita kanker payudara. Aksi ini di prakarsai oleh para pengguna twitter. Mereka menobatkan tanggal 13 Oktober sebagai hari tanpa bra. Hal ini dilakukan oleh para aktivis di twitter untuk meningkatkan kesadaran “warga“ dunia maya akan bahaya dari penyakit tersebut. Kendati demikian, tindakan yang dilakukan oleh Jupe tentu saja mengundang perhatian dari berbagai kalangan, terutama dari kaum hawa itu sendiri. Anggota DPRD Kabupaten Cirebon, Sophi Zulfia SH MH menilai apa yang dilakukan oleh wanita Indonesia dalam mengekspresikan kepeduliannya terhadap penderita kanker payudaya, harus disesuaikan dengan kearifan lokal. Artinya, tindakan mengunggah foto secara topless pasti akan mengundang kontroversi. Alih-alih ingin menyampaikan pesan, justru terjadi distorsi yang membuat makna sesungguhnya tidak terserap oleh pengguna medsos. “Jangan sampai maksud dan tujuannya positif, tapi direspons secara negatif. Apalagi, pola komunikasi yang dibangun di medsos terkadang tanpa sensor, sehingga mereduksi pesan yang ingin disampaikan oleh si pengunggahnya,” ucapnya. Secara general, pihaknya sangat mendukung gerakan-gerakan sosial yang mengarah pada kepedulian sesama manusia. Apalagi, sebagai makhluk sosial, wajib hukumnya untuk saling membantu satu sama lain, terlebih kepada penderita kanker payudara. Pasalnya, betapa hancurnya batin seorang perempuan apabila terdiagnosa penyakit yang mematikan tersebut. Alangkah lebih baik, dukungan serta kepedulian tersebut dialihkan dalam bentuk advokasi agar si penderita ini bisa hidup dengan normal dan tetap optimis dalam menjalani kehidupannya. “Saya pikir itu lebih ril dan menghindari kesan negatif,” katanya. Berbeda dengan Sophi, model yang saat ini aktif sebagai disc jockey, Tasya Putri mendukung langkah Jupe dalam mengekspresikan keprihatinannya terhadap penderita kanker payudara. Apalagi berdasarkan sejumlah literatur medis, perempuan harus melepaskan branya dalam kesempatan tertentu guna memberikan kesempatan oksigen dan darah melancarkan sirkulasinya. “Terlepas dari kontroversinya, saya pikir ini sebuah gerakan sosial yang harus digalakkan. Apapun cara mengekspresikannya, hal itu tergantung pribadi-pribadi si perempuan tersebut mengungkapkannya,” ujarnya. Dijelaskan, meningkatnya penderita kanker payudara, salah satu penyebabnya adalah minimnya informasi yang diserap oleh kaum perempuan akan penyakit tersebut. Keterbatasan mereka mengakses informasi tentang pencegahan serta pengobatan penyakit yang menjadi penyebab kematian nomor dua di Amerika ini, harus ditanggulangi dengan penyebarluasan informasi kepada masyarakat, termasuk melalui media sosial. Facebook, twitter, instagram ataupun media sosial lainnya harus diberdayakan untuk menyebarluasan informasi mengenai seluk beluk penyakit kanker payudara. “Apa yang dilakukan Jupe ada benarnya. Jupe memberikan contoh ril dengan melepaskan bra agar masyarakat khususnya kaum hawa peduli terhadap kesehatan payudaranya,” ucapnya. Saat disinggung apakah wanita kelahiran Bandung 22 tahun yang lalu sering melepas bra, baik saat beraktivitas maupun istirahat? Tasya mengungkapkan bahwa kadang ia memilih untuk tidak memakai bra, tentu dengan alasan kesehatan. Termasuk melakukan pengecekan sendiri dengan meraba payudara. “Ini demi pencegahan, ini mah jangan sampai amit-amit, apabila ada benjolan kita bisa langsung tahu dan segera memeriksakan ke dokter,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon KH Bahrudin Yusuf berpendapat, gerakan one day no bra yang popular di media sosial, harus disikapi secara arif dan bijaksana oleh kaum perempuan. Artinya, kaum perempuan boleh tidak menggunakan bra asalkan tertutup dan tidak menimbulkan syahwat bagi kaum laki-laki. “Kalau tidak terlihat lekuk tubuhnya dan tidak menimbulkan syahwat, secara pribadi hal tersebut tidak masalah. Yang menimbulkan bahaya apabila gerakan tersebut disalahgunakan dengan mengumbar aurat di depan umum, secara tegas agama Islam melarangnya,” ungkapnya. Penggunaan bra bagi kaum perempuan merupakan bentuk ikhtiar dalam menjaga kehormatannya. Namun, apabila dari segi medis ternyata mengundang bahaya, lebih baik harus disikapi secara arif dan bijaksana “Kalau beraktivitas di luar, bisa dipakai. Kalau sedang istirahat di kamar sendiri bisa dilepas, tapi tetap sopan, karena sebagai makhluk Allah SWT dalam keadaan apapun tetap dalam pengawasan-Nya,” sarannya. Terlepas dari aneka ekspresi kepedulian terhadap kanker payudara, sosialisasi penyakit ganas ini rupanya masih minim. Data mengenai jumlah pengguna dan penyebab terjangkit, nyaris tidak ada. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Dwi Sudarmi mengatakan, bagaimana kanker payudara itu menjangkit seorang perempuan sampai dengan sekarang masih belum terdeteksi. Banyak wanita yang menjalani gaya hidup sehat, tetapi tetap berisiko mengidap kanker yang menyerang sel-sel buah dada ini. Padahal, di lain pihak, banyak perempuan yang menjalani gaya hidup tak sehat malah baik-baik saja. “Kanker payudara bisa menyerang siapa saja, oleh karena itu kita harus bisa mendeteksi dini sebagai bentuk pencegahannya,” katanya. Upaya untuk mendeteksi dini kanker payudara adalah dengan melakukan pola “sadari“, atau memeriksa payudara diri sendiri dengan cara meraba payudara setiap hari. Jika menemukan benjolan, jangan dianggap remeh, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. “Ketika ada benjolan di area payudara, jangan diabaikan,” terangnya. Dijelaskan, wanita yang paling berisiko terserang kanker payudara dikategorikan sebagai berikut. Pertama, perempuan yang tidak menyusui buah hatinya, akan berisiko besar terserang kanker payudara. Kedua, jarak persalinan yang terlalu dekat dan usia yang terlalu muda atau tua, juga menjadi risiko terserang penyakit tersebut. Ketiga, seorang wanita dengan saudara perempuan, ibu atau anak perempuan menderita kanker payudara memiliki risiko dua kali lipat daripada yang tidak memiliki riwayat keluarga. “Beberapa ahli medis menyebut kanker payudara ditularkan secara keturunan,” jelasnya. Faktor lainnya adalah, obesitas, gaya hidup yang tak sehat seperti minum alkohol dan perokok. Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 12 persen. Dari beberapa faktor tadi, hanya bersifat indikator, penyebab utamanya belum bisa dijelaskan. “Meskipun demikian, menjalani gaya hidup sehat tentu tidak merugikan dan bahkan akan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh,” ungkapnya. Dia menerangkan, sampai saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon belum bisa menyajikan data pasti berapa jumlah penderita kanker payudara di Kabupaten Cirebon, mengingat penyebaran yang acak. Walaupun demikian, sosialisasi pencegahan tetap dilakukan seperti memberikan informasi kepada masyarakat mengenai seluk beluk kanker payudara. “Di setiap kesempatan atau lokakarya tentang pencegahan penyakit, Dinas Kesehatan senantiasa memberikan penerangan kepada masyarakat. Hal ini sebagai upaya menyehatkan masyarakat,” pungkasnya. (*) DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA -          Lakukan pola “sadari“atau memeriksa payudara diri sendiri -          Bila menemukan benjolan, segera lakukan pemeriksaan ke dokter -          Jalani pola hidup sehat dan cukup olahraga INDIKATOR RISIKO TINGGI KANKER PAYUDARA -          Perempuan yang tidak menyusui buah hatinya -          Jarak persalinan yang terlalu dekat -          Usia yang terlalu muda atau tua ketika melahirkan -          Faktor genetika meningkatkan risiko kanker payudara dua kali lipat -          Obesitas atau kelebihan berat badan -          Gaya hidup yang tak sehat seperti minum alkohol dan perokok. -          Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara 12 persen.

Tags :
Kategori :

Terkait