Rok Mini Betebaran di Bundaran HI

Senin 19-09-2011,08:01 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Polemik kaitan antara busana dan motif munculnya perkosaan terus menggelinding. Tidak mau terus-terusan disalahkan, kemarin puluhan perempuan yang suka mengenakan rok mini berdemo di bundaran Hotel Indonesia (HI). Mereka keberatan jika busana dijadikan alasan tingginya angka perkosaan karena sama saja melindungi pemerkosa. Demo tersebut sebenarnya dipicu oleh dua kejadian yang mereka anggap tidak peka terhadap perasaan perempuan. Pertama, mengenai komentar Gubernur Jakarta Fauzi Bowo yang menyebut perkosaan di angkutan umum muncul karena gaya busana mini. Kedua, Bupati Aceh Barat Ramli Mansur yang mengatakan perempuan berbusana minim seakan minta di perkosa. Dengan memakai rok mini, mereka juga membawa berbagai spanduk berisi kecaman terhadap pihak-pihak yang memusuhi perempuan dengan pakaian mini. Seperti: My rok is my right (rok saya adalah hak saya), Don’t tell us how to dress. Tell them not to rape (jangan ajari kami bagaimana berpakaian, tetapi katakan mereka untuk tidak memperkosa). Faiza Mardzoeki yang mengatasnamakan Kelompok Perempuan Menolak Perkosaan (KPMP) mengatakan jika pihaknya tidak sepakat dengan ucapan para birokrat. Malah, hal itu memicu polemik karena bias gender karena lagi-lagi perempuan dikesampingkan. ”Jangan salahkan pakaian kami, bagaimana dengan pemerkosanya,” ujarnya. Dalam demo itu, mereka sepakat bahwa perkosaan muncul bukan hanya masalah rok mini atau pakaian ketat. Mereka lantas mengambil contoh perkosaan di Aceh yang wilayahnya menggunakan syariat Islam. Di sana, perkosaan tetap terjadi walau korbannya sudah menutup badannya. ”Kalau otaknya porno, ya porno saja,” imbuhnya. Mereka juga menyebut dengan lantang statistik perkosaan yang ada sepanjang 2011 hingga September ada 3,753 kasus. Khusus di Jakarta ada 41 kasus dan mencuat tiga kasus perkosaan di angkutan umum. Dari data tersebut, mereka yakin jika semua itu terjadi tidak hanya karena urusan berpakaian. Oleh sebab itu, Faiza mengatakan sembrono jika pejabat memberikan pendapat yang justru menyudutkan para perempuan. Perkataan mereka menistakan korban yang membutuhkan pertolongan dan perawatan fisik, sosial secara utuh. Ujung-ujungnya, pejabat sibuk mengkritik perempuan tetapi pelakunya bebas. ”Kami mengecam itu,” tegasnya. KPMP juga meminta kepada polisi agar lebih serius menangani laporan perkosaan yang disampaikan. Disamping itu, mereka juga meminta kepada pemerintah daerah untuk menjamin keamanan angkutan umum. Sehingga, perempuan yang memang harus menggunakan rok tetap aman menggunakan fasilitas umum. Permintaan tersebut dikabulkan oleh pemerintah Jakarta. Mereka menggelar razia di beberapa terminal seperti di Lebak Bulus dan Pulo Gadung. Dishub membawa alat ukur untuk memeriksa seberapa gelap kaca mobil angkot tersebut. Rencananya, kaca film yang kurang dari 70 persen akan ditindak. Kaca film dilepas dan izin angkot tersebut ditahan. Terpisah, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo meminta maaf kepada masyarakat atas pernyataannya soal rok mini perempuan. Dia mengaku tidak bermaksud melecehkan para perempuan dan mengakui pernyataannya rawan multi tafsir. ”Saya minta maaf. Saya justru mengutuk aksi pemerkosaan tersebut, pelaku harus dihukum seberat-beratnya,” katanya. Gubernur yang akrab disapa Foke itu menganjurkan siapa saja yang naik angkutan umum harus bisa jaga diri dan tidak menarik minat orang untuk berbuat jahat. (dim/wan)

Tags :
Kategori :

Terkait