Oknum Sopir Angkot Naikkan Tarif

Senin 24-11-2014,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Tidak Mengacu pada Ketetapan Organda, Kenaikan Harga BBM Jadi Alasan MAJALENGKA - Para pe­numpang angkutan perkotaan (angkot) di Majalengka, mengeluhkan kelakuan sejumlah oknum sopir angkot yang meminta ongkos seenaknya melebihi tarif jarak tertentu yang sudah ditetapkan besarannya oleh organisasi gabungan angkutan daerah (Organda). Para penumpang itu risih dengan alasan para oknum sopir yang mengatasnamakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebagai penyebabnya. Padahal, para penumpang sudah melebihkan bayaran daripada ongkos yang biasa dibayarkan mereka sebelum harga BBM naik. Salah satu penumpang angkot, Iyang menuturkan, untuk jarak tempuh kurang dari satu kilometer saja, dia ditarif oleh sopir angkot di atas Rp4 ribu. Padahal, ongkos sebesar Rp4 ribu itu merupakan inisiatifnya melebihkan bayaran ketimbang biasanya sebelum harga BBM naik. “Pernah saya naik angkot dari Jatipamor ke Panglayungan, terus saya inisiatif ngasih uang dua ribuan dua lembar, tapi malah si sopirnya nyentak minta tambahan karena alasan BBM naik. Padahal biasanya (sebelum BBM naik) saya cuma ngasih ongkos Rp2 ribu atau Rp3 ribuan, karena jaraknya emang kurang dari sekilo (1 kilometer),” ujarnya. Lagipula, kata dia, untuk tarif dari titik keberangkatannya menuju titik tujuan, setahu dia tidak diatur secara spesifik di selebaran tarif baru yang ditempel di kaca pintu angkot. Jadi, dia mengira-ngira saja jarak yang ditempuhnya itu dengan tarif yang jaraknya kira-kira setara. Dia mengatakan, sangat memahami tentang efek kenaikan harga BBM, makanya untuk jarak yang sedekat itu sengaja membayar dengan ongkos yang kira-kira namun lebih besar nilainya dari ongkos yang biasa dibayarkan. Penumpang lainnya, Sinah mengatakan hal yang sama. Dirinya berharap agar para sopir angkot tidak menaikkan tarif dengan semena-mena, mengingat sudah ada aturan dan ketetapannya. Dia juga mentolelir jika besaran tarif untuk jarak tertentu yang nilainya tidak genap, tidak mengharap diberi uang kembalian. Misalnya, untuk tarif jarak tertentu yang ditetapkan sebesar Rp3.500 kemudian dia membayar Rp4 ribu, tidak meminta kembalian karena pesimis akan dikabulkan oleh sang sopir. “Saya juga sempat merasakan hal yang sama, bahkan sudah saya lebihkan. Atau kalau yang ditulis di tarif angkanya nggak genap, tidak berharap minta kembalian. Misalnya ada tarif jarak tertentu ditulis Rp3.500 saya bayar Rp4 ribu, nggak berharap minta kembalian. Kalau sopirnya yang inisiatif ngasih kembalian saja yang saya terima,” terangnya. Dia menambahkan, dari dulu, pada masa transisi kenaikan harga BBM memang kerap kali muncul permasalahan dengan ongkos tarif angkutan. Jadi, dia yang tergolong sebagai “angkoters” memang sejatinya sudah terbiasa menghadapi masa-masa ini, walaupun pada intinya merasa beban kebutuhan hidupnya terutama dalam hal transportasi menjadi membengkak. Sementara itu sejumlah sopir angkot mengaku sudah menaikkan ongkos tarifnya pasca kenaikan harga BBM. Dan setelah ada ketetapan dari pemerintah dan Organda, mereka mengklaim bahwa kenaikan tarif yang dibebankan kepada penumpang sudah sesuai dengan aturan. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait